ÅÛI WEDAWYÀSA
Åûi Wedawyàsa
memiliki seorang putra bernama Úukadewa. Úukadewa adalah seorang åûi yang
hebat. Beliau adalah åûi yang terpelajar dan terbebas tidak terikat oleh segala
ilusi duniawi. Namun beliau tidak pernah memperlihatkan kehebatannya, jadi
kebanyakan orang-orang menganggapnya bodoh dan gila.
Sementara itu,
kitab Weda yang telah dibagi menjadi empat itu, masing-masing adalah Åg Weda,
Yajur Weda, Sàma Weda dan Atharwa Weda.
Åûi Wedawyàsa mengajarkan empat Weda itu
kepada empat muridnya.
1. Åûi Paila
diajarkan Åg Weda,
2. Åûi Waiúampàyana
diajarkan Yajur Weda,
3. Åûi Jaimini
diajarkan Sàma Weda dan
4. Åûi Sumantu
diajarkan Atharwa Weda.
Sedangkan
puràóa-puràóa dikenal sebagai Weda yang kelima.
Wedawyàsa
kemudian mengajarkan puràóa ini kepada åûi Romaharûaóa. Romaharûaóa kemudian
menjadi ayah dari åûi Suta, yang menyusun Bhàgawata Puràóa.
Namun,
meskipun telah mengerjakan tugas besar dalam menyusun Weda dan Mahàbhàrata,
Wedawyàsa masih belum puas. Àúramanya terletak di pinggir sungai Saraswatì.
Setelah melakukan pemandian suci, beliau kemudian duduk di pertapaannya dan
mulai merenungkan apa yang harus dilakukannya. Saat itulah kemudian datang åûi
Nàrada ketempat sang åûi Wedawyàsa.
“Wedawyàsa”
tanya Nàrada. “Mengapa kau tampak sangat terbebani ? Kau telah melakukan suatu
pekerjaan yang dibanggakan oleh umat manusia ?”
“Hamba
benar-benar tidak tahu mengapa hamba merasa belum puas seperti ini” jawab
Wedawyàsa. “Anda adalah maha tahu. Mohon hamba diberitahu tentang mengapa hamba
merasa belum puas.”
“Semua itu
mungkin disebabkan oleh karena kau terlalu banyak menghabiskan waktumu dalam
menjalankan kewajibanmu, menjalankan dharma yang merupakan kebaikan” kata
Nàrada. “Ulasan yang kau buat ini terlalu abstrak sedangkan kebanyakan orang
menginginkan sesuatu yang dalam bentuk konkrit. Kata-kata kosong tentang dharma
tidak akan banyak berguna. Ajaran dharma akan lebih mudah disajikan jika kau
menceritakan tentang Kåûóa. Mungkin ini akan membuat ajaran dan ulasan yang kau
buat menjadi lebih pribadi dan mudah dipahami. Mengapa tidak kau lakukan
seperti itu ? Hanya engkau yang sanggup melakukannya.”
Demikianlah
dengan didukung oleh Nàrada, Wedawyàsa mulai menyusun Bhàgawata Puràóa dan
kemudian mengajarkannya pada putranya yaitu åûi Úukadewa.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar