Jaràsandha mati di tangan Bhìma, karena diberitahu kelemahannya oleh Kåûóa
Suatu hari Kåûóa pergi ke Indraprastha, ibu kota kerajaan
Yudhiûþhira, dan para Pàóðawa sangat senang menerima kedatangannya.
Yudhiûþhira kemudian berkata pada Kåûóa, “Aku ingin melakukan
sebuah upacara Ràjasùya. Bagaimana pendapatmu ?” “Aku kira itu adalah ide yang
bagus” jawab Kåûóa. “Kalahkanlah semua raja-raja di dunia.
Tapi ingat, kau
tidak akan bisa menyelesaikan upacara itu dengan sempurna sebelum Jaràsandha
kau bunuh.”
Para Pàóðawa bersaudara kemudian memulai tugas besar untuk menaklukkan
dunia. Sahàdewa ke arah selatan, Nakula ke Barat, Arjuna ke Utara dan Bhìma ke
arah Timur.
Setelah semua raja di dunia berhasil ditaklukkan, maka Bhìma,
Arjuna dan Kåûóa kemudian menyamar sebagai Bràhmaóa dan pergi ke kerajaan
Jaràsandha. Mereka menemui Jaràsandha dan berkata, “Kami telah datang dari
negeri yang jauh, mohon berikanlah kami sesuatu.”
Sebenarnya Jaràsandha menyadari bahwa mereka adalah para kûatriya
yang menyamar menjadi bràhmaóa, namun ia berkata “Karena kalian datang sebagai
bràhmaóa, maka aku akan memberikan apa yang kalian mau. Katakanlah apa yang
kalian mau ?”
“Kami ingin berduel dengan anda !” kata Bhìma, Arjuna dan Kåûóa.
“Pilihlah salah satu dari kami sebagai lawanmu.”
“Baiklah” jawab Jaràsandha. “Tapi aku tidak akan melawan Kåûóa
yang pengecut itu. Karena merasa takut oleh seranganku, ia kemudian melarikan
diri dari Mathurà ke Dwàraka. Aku juga tidak akan bertarung melawan Arjuna. Ia
lebih muda dariku dan tidak terlalu kuat untuk melawanku. Maka aku akan
bertarung melawan Bhìma.”
Selanjutnya dipersiapkanlah medan untuk pertarungan antara
Jaràsandha dan Bhìma. Pertama-tama mereka menggunakan gada yang kemudian hancur
karena saling berbenturan. Kemudian pertarung itu mulai bergulat. Suaranya
terdengar seperti dua ekor gajah yang saling bergulat. Mereka bertarung selama
duapuluh tujuh hari. Mereka bertarung pada siang harinya dan pada malam harinya
mereka berbincang-bincang layaknya seorang teman.
Bhìma tidak bisa membunuh Jaràsandha karena raja yang sakti ini
memiliki sebuah rahasia dari kelemahannya yang tidak diketahui oleh siapa pun.
Namun Kåûóa mengetahuinya. Kisahnya demikian, raja Wåhadratha memiliki istri
yang melahirkan dua potong daging dan melemparkannya karena merasa jijik.
Daging ini kemudian ditemukan oleh raksasa wanita yang bernama Jara. Dia
kemudian menyatukan kedua potong daging itu dan menghasilkan bayi kecil. Karena
kata ‘sandhi’ berarti penggabungan dari dua hal, maka anak itu kemudian
dinamakan ‘Jaràsandha’ atau anak yang telah disatukan oleh Jara.
Pada hari yang keduapuluh delapan, Kåûóa kemudian menyarankan
Bhìma untuk menangkap kedua kaki Jaràsandha dan memisahkan tubuhnya itu menjadi
dua. Dan hanya dengan cara itulah Bhìma berhasil membunuhnya.
Kemudian putra Jaràsandha yang bernama Sahàdewa diangkat menjadi
raja Magadha. Dan duapuluh ribu delapan ratus raja yang telah dipenjarakan oleh
Jaràsandha kemudian dibebaskan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar