Sàmba Menculik Lakûaóà
Sàmba adalah putra Kåûóa dan Jàmbawatì. Sedangkan di pihak lain Duryodhana memiliki seorang putri yang bernama Lakûaóà.
Pada suatu saat
Duryodhana sedang mempersiapkan sebuah sayembara, yaitu sebuah upacara di mana
mempelai wanita akan memilih sendiri siapa yang akan menjadi suaminya di antara
mereka yang hadir pada upacara itu. Namun tiba-tiba Sàmba datang menculik
Lakûaóà. Dan menerima perlakuan itu, para Kaurawa menjadi marah. Mereka
kemudian menankap Sàmba dan memenjarakannya.
Para Yàdawa bersiap-siap untuk berperang melawan para Kaurawa.
Namun karena Kaurawa dan Yàdawa memiliki hubungan yang erat maka Balaràma
memutuskan untuk menempuh jalan damai. Ia datang ke Hastinàpura dan meminta
agar Sàmba dibebaskan. Namun para Kaurawa tidak memperdulikannya. Mereka malah
mengatakan bahwa para Yàdawa berasal dari golongan yang rendah dan untuk apa
mereka mendengarkan Balaràma.
Mendengar hal itu, Balaràma menjadi terhina. Ke mana pun Balaràma
pergi, ia selalu membawa sebuah gareng/luku yang merupakan senjatanya. Maka ia
kemudian menggareng kota Hastinàpura dan bersiap-siap untuk melemparkannya ke
sungai Gaògà. Kota itu diputar-putar dengan enteng oleh Balaràma dan ini
membuat para Kaurawa mulai menyadari kesalahan mereka. Mereka kemudian bersujud
pada Balaràma dan memohon ampun. Sàmba kemudian dibebaskan dan Duryodhana
memberikan 60.000 gajah, satu lakûa dan 1.200 kuda, 60.000 kereta dan seribu
wanita pelayan.
Balaràma, Sàmba dan Lakûaóà kemudian kembali ke Dwàraka.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar