KETURUNAN WAIWASWATA MANU
Pada awalnya, Waiwaswata manu tidak memiliki keturunan. Istrinya
bernama Úraddhà. Karena mereka tidak mempunyai keturunan, maka mereka
memutuskan untuk melakukan sebuah upacara kurban.
Úraddhà ingin memiliki
seorang putri dan dia kemudian memberitahu para pendeta yang akan memimpin
upacara itu. Kemudian lahirlah seorang putri bernama Ilà, dari upacara itu.
Namun manu ingin mendapatkan seorang putra.
Manu memiliki guru yang bernama åûi Wasiûþha dan åûi ini adalah
åûi yang amat sakti. Namun Manu kemudian mengeluh atas keinginannya untuk
memiliki seorang anak laki, maka Wasiûþha kemudian menggunakan kekuatannya.
Sebenarnya Sudyumna atau Ilà akan berubah menjadi anak laki selama satu bulan
dan menjadi perempuan selama satu bulan. Ketika Ilà menjadi seorang wanita, åûi
Buddha menikahinya dan mereka memiliki seorang putra bernama Purùrawa. Dan
ketika Sudyumna adalah seorang laki-laki, maka ia memiliki tiga orang putra
bernama Utkala, Gaya dan Wimala.
Manu masih belum puas dengan hal ini. Ia tetap menginginkan agar
bisa memiliki seorang putra yang sempurna dan ia berdoa selama seratus tahun
agar bisa terkabulkan doanya. Maka sepuluh orang putra dan mereka adalah
Ikûwàku, Någa, Úaryati, Diûþa, Dhåûþa, Karùûa, Nariûyanta, Påûadhra, Nàbhàga
dan Kawi.
Guru dari Påûadhra kemudian memintanya untuk memelihara beberapa
ekor sapi. Påûadhra harus bergadang setiap malam untuk melakukan hal ini. Pada
suatu malam hujan turun, dan saat itu seekor harimau datang dan memasuki
kandang.
Sapi-sapi yang ada di sana berlarian kesana kemari karena ketakutan,
dan pada saat itu, seekor sapi berhasil ditangkap oleh harimau itu. Kemudian
Påûadhra datang untuk melihat apa yang sedang terjadi.
Dalam kegelapan itu,
Påûadhra telah mengira sapi sebagai harimau dan membunuh binatang itu. Gurunya
menjadi sangat marah atas hal itu, dan mengutuknya agar kelak lahir menjadi
seorang úùdra. Påûadhra selanjutnya tidak memiliki keturunan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar