CITRAKETU
Raja Parìkûit mendengar kisah Indra dan Wåtra dari åûi Úukadewa.
Dan Parìkûit menjadi bingung, bagaimana seorang Àsura seperti Wåtra bisa
mengabdi dan memuja Wiûóu ? Úukadewa kemudian memberitahukan tentang kisah
Citraketu.
Bertahun-tahun yang lampau, di kerajaan Úùrasena dan di kota
Mathurà, memerintahlah seorang raja bernama Citraketu. Sang raja memiliki
banyak istri. Namun sayangnya beliau tidak memiliki keturunan.
Suatu hari åûi
Aògira datang mengunjunginya dan sang raja memberitahukan tentang
penderitaanya. Istri tertua Citraketu bernama Kritadyuti. Setelah melakukan
upacara Yajña agar Citraketu bisa memiliki anak maka dari upacara itu
dihasilkan puding nasi yang kemudian diberikan kepada Kritadyuti. Dan pada saat
yang ditentukan, lahirlah seorang anak darinya dan ini membuat semua orang
bergembira ria.
Citraketu sangat menyayangi putranya itu. Dan cintanya pada
Kritadyuti menjadi bertambah setelah istrinya itu memberikan seorang anak
laki-laki kepadanya. Dan ini menimbulkan kecemburuan istrinya yang lain. Mereka
kemudian meracuni anak itu hinga anak itu pun tewas.
Citraketu dan Kritadyuti menjadi gila karena sedih atas
kehilangan putranya. Sedangkan para istri yang meracuni anak itu, berpura-pura
ikut menangis untuk menyembunyikan kejahatan mereka. Åûi Aògira dan Nàrada
kemudian datang untuk menghibur Citraketu.
Mereka berkata, “Tidak ada gunanya kalian bersedih. Siapa yang
kalian sedihkan ? Apakah arti anak itu bagi kalian? Dalam kehidupan kalian yang
lalu, ia bukanlah apa-apa kalian. Setiap orang akan mengalami kelahiran yang
berulang ulang. Setiap kelahiran mereka mendapatkan tubuh baru. Namun semua itu
hanyalah ilusi. Àtman dari anakmu itu tidak pernah mati. Dan jika kalian
berpikir sebaliknya, maka itu adalah suatu kebodohan.”
Untuk lebih meyakinkan Citraketu, Nàrada kemudian menggunakan
kekuatan gaibnya untuk mengembalikan àtman dari pangeran muda yang telah mati.
Beliau kemudian berkata pada àtman itu. “Masukilah tubuh pangeran yang telah
mati ini. Kau masih harus menjalani kehidupan sebagai seorang pangeran. Hiduplah
beberapa waktu lagi, nikmatilah segala warisan ayahmu dan menjadi raja
setelahnya.”
Sang àtman menjawab, “Hidup yang mana, ayah yang mana dan
kekayaan yang mana ? Aku telah hidup selama ribuan kehidupan. Aku memiliki
ribuan ayah dan kehidupan. Dan tubuh mana yang kau sebutkan ?”
Kata-kata itu akhirnya berhasil meyakinkan seluruh kerabat sang
pangeran. Mereka melupakan kesedihannya dan mulai melakukan upacara terakhir
untuk sang pangeran. Sedangkan istri Citraketu yang meracuni sang pangeran
menyesali perbuatannya dan merencanakan untuk melakukan upacara penebusan dosa
di pinggir sungai Yamunà. Citraketu sendiri melakukan tapasya dan melalui
kekuatan yang diperolehnya, ia berhasil bertemu dengan Wiûóu. Ia kemudian
menyebarkan pengetahuan tentang Wiûóu kemana-mana dan ini membuat egonya
menanjak drastis.
Pada suatu kesempatan, ia telah mencela Úiwa dan Pàrwatì. Úiwa
mengabaikan penghinaan itu, namun Pàrwatì mengutuknya agar lahir menjadi
seorang àsura. Sebenarnya, Citraketulah yang lahir sebagai Wåtra karena itulah
Wåtra sangat setia kepada Wiûóu.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar