Bhàgavata Puràóa
Tidak dapat dipungkiri lagi adalah karya sastra. Puràóa ini merupakan karya yang paling terkenal di India. Bahkan sampai dewasa ini ia memberikan bimbingan yang sangat mempengaruhi kehidupan dan pemikiran pada para pengikut yang tak terhitung jumlahnya dari sekta Bhàgavata (para pemuja Sang Hyang Viûóu di bawah nama Bhàgavat).
Tidak biasanya sejumlah manuskrip dan juga terbitan naskah-naskah itu sendiri dan juga banyaknya komentar kepada keseluruhan karya dan secara individua menjelaskan bagian-bagian dari itu isi kitab tersebut.
Dalam tambahan
penjelasan beraneka terjemahan ke dalam bahasa-bahasa daerah India,
mendukung kesaksian popularitasnya yang besar dan penghargaan yang tinggi dari
karya ini telah pertama kali memikat seorang editor dan menerjemahkannya di Eropa. Namun demikian karya ini salah satu
dari produk-produk yang kemudian dari kesusastraan Puràóa.
Isi kitab ini sangat dekat berkaitan dengan Viûóu Puràóa dalam beberapa hal sangat sesuai kata demi kata dan pasti mengambil sumber dari buku tersebut. Keragu-raguan telah dinyatakan bahwa di India tentang “keaslian” dari kitab Bhàgavata sebagai salah satu dari delapan belas Puràóa kuno “yang digubah oleh mahàrû Vyàsa” dan muncul pula berbagai pemikiran polemik dalam persoalan persoalan yang diperbincangkan. Akah Bhàgavata atau Devì Bhàgavata Puràóa sebuah karya Úivaistik, termasuk ke dalam “delapan belas Puràóa”.
Isi kitab ini sangat dekat berkaitan dengan Viûóu Puràóa dalam beberapa hal sangat sesuai kata demi kata dan pasti mengambil sumber dari buku tersebut. Keragu-raguan telah dinyatakan bahwa di India tentang “keaslian” dari kitab Bhàgavata sebagai salah satu dari delapan belas Puràóa kuno “yang digubah oleh mahàrû Vyàsa” dan muncul pula berbagai pemikiran polemik dalam persoalan persoalan yang diperbincangkan. Akah Bhàgavata atau Devì Bhàgavata Puràóa sebuah karya Úivaistik, termasuk ke dalam “delapan belas Puràóa”.
Dalam konteks ini persoalan pokok juga dibahas
dan didiskusikan, apakah seorang ahli tatabahasa Vopadeva seorang penulis
Bhàgavata-Puràóa. Collbrookc, Burnouf dan Wilson
telah menyimpulkan (terlalu cepat dari sini bahwa Vopadeva sebenarnya adalah
penulis Puràóa itu dan karenanya ini telah berasal dari abad ke 13 (Ia hidup
sejaman dengan Hemàdri, antara tahun 11260 dan 1309 Masehi). Kita tidak bisa
menganggap karya itu sebagai karya yang akhir tentang asal mulanya yang telah
melalui proses panjang sebagai sebuah
buku suci pada abad ke 13. Terdapat landasan yang baik untuk menetapkan hal itu
ke abad ke 10 Masehi.
Ràmànuja, seorang filosof (abad ke 12) yang begitu dekat
dikaitkan dengan Bhàgavata, tidak menyebut karya ini, tetapi hanya mengutip Viûóu Puràóa. Tetapi
sekalipun mungkin telah berasal pada suatu masa yang belakangan, dapat
dipastikan mempergunakan bahan-bahan yang amat kuno, lebih dari itu, buku ini
merupakan satu Puràóa yang memiliki nilai lebih dari pada kitab-kitab Puràóa
yang lain, menunjukkan suatu komposisi yang disatukan, dan pantas dihargai
sebagai hasil kesusastraan karena bahasa, gaya dan iramanya yang indah.
Inkarnasi Sang Hyang Viûóu,
khususnya sebagai seekor babi digambarkan secara mendalam. Adalah patut juga
diperhatikan bahwa åûi Kapila, pendiri
filsafat Saýkhyà disebutkan sebagai seorang inkarnasi Sang Hyang Viûóu, dan
(pada akhir buku ketiga) menyampaikan suatu ulasan yang panjang mengenai Yoga,
dan Buddha juga sudah muncul di antara inkarnasi-inkarnasi Sang Hyang
Viûóu.
Banyak sekali legenda-legenda yang diceritakan untuk mengagungkan Sang Hyang Viûóu. Di antaranya: Dhruva, Prahlàda, dan sebagainya. Ceritra-ceritra tentang hal tersebut telah dikenal melalui kitab Viûóu Puràóa. Bahkan juga melalui Mahàbhàrata, karya itu pada umumnya mengutip beberapa úloka dari Bhàgavadgìtà yang dikutip secara harfiah.
Banyak sekali legenda-legenda yang diceritakan untuk mengagungkan Sang Hyang Viûóu. Di antaranya: Dhruva, Prahlàda, dan sebagainya. Ceritra-ceritra tentang hal tersebut telah dikenal melalui kitab Viûóu Puràóa. Bahkan juga melalui Mahàbhàrata, karya itu pada umumnya mengutip beberapa úloka dari Bhàgavadgìtà yang dikutip secara harfiah.
Cerita singkat dari episode Úàkuntala
(IX. 20) barangkali diambil sumber yang amat kuno. Buku ke sepuluh rupanya
paling populer dan paling luas dibaca dibandingkan dengan bagian lainnya.
Bagian ini berisi uraian tentang kehidupan Úrì Kåûna, yang lebih luas diuraikan
dibandingkan dengan yang termuat di dalam Viûóu Puràóa dan di dalam Harivaýúa.
Adegan-adegan cinta dengan para gadis gembala sapi (Gopì) khususnya menempati ruang yang lebih panjang dalam Bhàgavata Puràóa. Buku ini diterjemahkan ke dalam hampir semua bahasa daerah India dan sangat populer dan paling disukai dari semua anggota masyarakat India. Buku (Canto) yang ke sebelas menceritakan kehancuran bangsa Yàdava dan kematian Úrì Kåûóa sedang buku yang terakhir berisi uraian tentang Kaliyuga dan kehancuran alam semesta.
Adegan-adegan cinta dengan para gadis gembala sapi (Gopì) khususnya menempati ruang yang lebih panjang dalam Bhàgavata Puràóa. Buku ini diterjemahkan ke dalam hampir semua bahasa daerah India dan sangat populer dan paling disukai dari semua anggota masyarakat India. Buku (Canto) yang ke sebelas menceritakan kehancuran bangsa Yàdava dan kematian Úrì Kåûóa sedang buku yang terakhir berisi uraian tentang Kaliyuga dan kehancuran alam semesta.
Baca juga :
Tidak ada komentar:
Posting Komentar