PARA PRACETA DAN PURAÑJANA
Diantara keturunan Påthu, tersebutlah seorang raja yang bernama
Pràcìnawarhi. Beliau memiliki sepuluh orang putra yang dikenal bernama para
Praceta.
Suatu kali, para Praceta sedang melakukan perjalanan menuju ke
barat untuk melakukan tapasya di dalam Samudra. Di tengah perjalanannya mereka
melihat sebuah danau yang luas. Berbagai ikan cantik berenang di air dan bunga
teratai mengembang di permukaannya.
Di pinggir danau itu berbagai alat musik
ditabuh hingga menimbulkan suara yang indah. Para Praceta ini menjadi amat
takjub ketika melihat Úiwa bersama para pelayannya sedang melakukan permandian
suci di danau itu. Úiwa kemudian memberikan banyak nasehat kebajikan pada
mereka. Dan para Praceta ini kemudian melakukan tapasya selama sepuluh ribu
tahun di bawah air.
Sementara itu, Nàrada datang menemui raja Pràcìnawarhi. Sang raja
menyambut åûi Nàrada, “Hamba terlalu terikat dengan pengejaran kenikmatan
duniawi. Mohon berikanlah hamba petunjuk untuk membebaskan diri dari ilusi
ini.”
“Aku akan menceritakan tentang kisah Puràñjana” jawab Nàrada.
Tersebutlah seorang raja bernama Puràñjana. Beliau hanya memiliki
seorang teman, namun tak seorang pun tahu nama temannya itu. Puràñjana sedang
mencari sebuah tempat di mana ia bisa tinggal di bumi. Namun tidak satu pun
tempat yang sesuai dengan keinginannya. Pencariannya itu menuntunnya sampai ke
kaki pegunungan Himàlaya dan di sana ia menemukan sebuah kota yang indah. Kota
itu dipenuhi dengan semak dan bangunan. Ada benteng dan tembok yang
mengelilingi kota itu.
Bangunan-bangunan yang ada di kota itu, nampak bersinar
gemerlapan. Pintu dan jendelanya terbuat dari emas dan perak. Di dalam kota itu
tinggal berbagai jenis binatang buas yang telah dijinakkan dan tidak lagi
menampakkan sifat liarnya.
Di tengah kota itu, Puràñjana menemukan seorang wanita cantik yang
dijaga oleh sepuluh orang prajurit. Seekor ular yang berkepala lima juga
menjaga wanita itu.
“Siapakah anda ?” tanya Puràñjana. “Dan siapakah sepuluh orang
pengawal anda itu serta ular yang selalu mengikuti anda ?” Puràñjana ingin
menikahi wanita itu dan dia pun setuju. Wanita itu berkata bahwa Puràñjana bisa
tinggal di sana selama seratus tahun dan menjadi suaminya.
Maka Puràñjana kemudian menikahi wanita itu dan nyaris melupakan
segalanya. Ia tidak lagi pergi berburu karena khawatir istrinya akan kecewa. Ia
bahkan tidak ingat pada siang dan malam. Maka akibatnya ia memiliki seribu
seratus putra dan seratus sepuluh putri. Namun perlahan-lahan Puràñjana menjadi
semakin tua. Semua kenikmatan yang selama ini dijalaninya tidak lagi menarik
hatinya. Dan kerajaannya sendiri telah dihancurkan oleh musuh-musuhnya.
Ketika wafat, raja Puràñjana dimasukkan ke neraka selama seratus
tahun. Meskipun telah di neraka, ia selalu memikirkan istrinya. Dan karena
selalu memikirkan wanita, maka dalam kehidupan selanjutnya ia lahir menjadi
wanita. Selanjutnya ia kemudian lahir sebagai putri raja Widarbha dan menikah
dengan raja Malayadhwaja. Mereka memiliki tujuh orang putra dan seorang putri.
Raja Malayadhwaja memerintah cukup lama, lalu menyerahkan
kerajaannya pada putra-putranya. Ia sendiri ingin bermeditasi ke hutan dengan
ditemani oleh istrinya. Beliau bermeditasi selama seratus tahun. Namun
meditasinya diakhiri dengan kematiannya dan ini membuat istrinya sangat sedih.
Maka dia juga memutuskan untuk mengikuti suaminya dengan masuk ke dalam kobaran
api upacara kremasi suaminya. Namun ketika dia akan melakukan hal itu seorang
bràhmaóa datang ke tempat itu.
“Apa yang kau lakukan ?” tanya bràhmaóa itu. “Untuk siapa kau
bersedih ? Siapakah laki-laki yang kau tangisi ini? Lalu siapakah dirimu ?
Tidakkah kau masih berupa Puràñjana. Kau telah pergi ke sebuah kota di Himàlaya
dan melupakan segalanya bahkan temanmu sendiri. Sekarang lupakan semua ilusi
ini dan sadarilah kebenaran yang sejati. Kau bukanlah Puràñjana, juga bukan
istri dari Malayadhwaja. Kau adalah àtmanmu. Pahamilah hal ini dan terbebaslah
dari segala ilusi.”
Mendengar cerita itu, Pràcìnawarhi mulai dapat menangkap maksud
yang tersembunyi dalam cerita Nàrada. Ia kemudian pergi ke pertapaan åûi Kapila
untuk bermeditasi. Sementara itu, putra-putranya yaitu para Praceta telah
berhasil menyelesaikan tapasyanya. Wiûóu berkenan menampakkan diri di hadapan
mereka. Mereka kemudian menikah dengan seorang wanita bernama Màriûà dan
memiliki banyak anak.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar