Màtûya Puràóa
Màtûya Puràóa adalah salah satu dari kitab-kitab Puràóa Kuno, atau setidak-tidaknya salah satu dari karya-karya yang telah mengawetkan kebanyakan naskah kuno itu melalui pertimbangan yang jujur terhadap definisi sebuah Puràóa. Bermula dengan ceritra banjir besar, dari banjir itu keluar Sang Hyang Viûóu dalam wujud seekor ikan besar (Màtûya) yang bertujuan untuk menyelamatkan Manu sendiri.
Sedangkan kapal tempat Manu berlayar terus ditarik oleh ikan itu. Percakapan antara Manu dan Sang Hyang Viûóu dalam wujudnya sebagai seekor ikan merupakan bahan penyusunan kitab Puràóa ini. Uraian tentang penciptaan dijelaskan secara rinci, disusul dengan genealogi (silsilah asal-usul para raja dan åûi) yang di dalamnya disisipkan suatu bagian tentang kakek moyang-moyang (para leluhur) dan cara memuja mereka (bab 14-22). Tak ada satupun bagian-bagian geografis, astronomis, dan kronologis yang biasa dan merupakan sebuah karakter dari kitab-kitab Puràóa itu tidak disebutkan, dan menurut V.A. Smith data-data para raja yang tercantum dalam Puràóa ini khususnya, dapat bisa dipercaya terutama tentang dinasti Àndhra.
Kitab Puràóa
dalam banyak hal mepunyai banyak persamaan dengan kitab Mahàbhàrata dan
Harivaýúa, sepeert: ceritra-ceritra
tentang raja Yayati (Bab 24-43), Sàvitrì (Bab 208-214), Inkarnasi Sang Hyang
Viûóu (Bab 161-179, 244-248); dan seringkali terdapat kecocokan yang sangat
harfiah, akan tetapi, terdapat amat banyak tambahan dan sisipan yang
ditambahkan belakangan, misalnya, kita temukan
satu bagian yang luar biasa tentang cara-cara merayakan perayaan dan aktivitas
ritual berupa Vrata (puasa) yang diuraikan bab 54-102, pengagungan
tempat-tempat suci Allahabad (Prayàgamàhàtnya, bab 103-112), Benares (Varanasi
dan Avimuktamàhàtnya), pada bab 180-185, dan keutamaan sungai Narmada (bab
186-194); lalu bagian berikutnya
mengenai tugas dan kewajiban
seorang raja (bab 215-227), mengenai tanda-tanda di langit (omen)
dan isyarat-isyarat tertentu seperti gempa bumi (bab 228-238),
upacara-upacara pada pembangunan rumah (bab 252-257) dan dedikasi pada
pembuatan arca para dewa, pembangunan pura dan taman-taman (bab 258-270), enam
belas macam sumbangan yang dirakhmati (danapuóya) pada bab 274-289, dst.
Sepanjang isinya Màtûya Puràóa menunjukkan karakter Úivaistik, dengan banyak
alasan sepertinya dapat digolongkan sebagai Viûóuistik. Perayaan-perayaan
keagamaan dari Vaiûóava diuraikan berdampingan dengan perayaan-perayaan
keagamaan dari saýpradàya Úaivaistik, dan kedua-dua mitos Sang Hyang Viûóu dan
Sang Hyang Úiva dikisahkan berdampingan. Dalam bab 13 Devì (Gaurì úakti Sang
Hyang Úiva) menyebutkan satu persatu kepada Daksa seribu delapan nama dengan
nama-nama Gaurì diagungkan, adalah jelas bahwa kedua sekta baik Úiva maupun
Vaiûóava menggunakan karya itu sebagai sebuah buku suci.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar