Halaman

Selasa, 29 Mei 2012

Samudra Manthana- Bhagawata Purana


Pengadukan Samudra Manthana
Bertahun-tahun yang lampau, terjadilah pengadukan samudra Manthana untuk mendapatkan Amåta.


Seperti sebelumnya, para dewa dan àsura selalu berperang satu sama lain. Namun Wiûóu menyarankan agar para dewa melakukan sebuah negoisasi dengan para àsura. Keduanya harus bersatu, bekerjasama untuk mengaduk samudra. 

Dari hasil pengadukan lautan itu, akan didapatkan amåta (minuman yang membuat seseorang menjadi abadi). Wiûóu juga meyakinkan para dewa, bahwa para àsura tidak akan mendapatkan bagian.

Saat itu, raja para àsura adalah Wali. Indra kemudian menemuinya untuk mencoba membujuknya agar berpartisipasi dalam bekerjasama untuk mengaduk lautan susu tersebut. 

Para àsura itu setuju dan mereka juga menginginkan amåta. Kemudian ditentukan bahwa yang menjadi tongkat untuk mengaduk lautan itu adalah gunung Mandara, maka para dewa dan àsura lalu mencabut gunung itu dan menancapkannya di samudra. 

Sementara itu, Wasuki bersedia menjadi tali yang akan dipakai untuk memutar gunung Mandara dengan syarat ia mendapatkan bagian atas amåta itu. Kemudian ditentukan bahwa para àsura memegang kepala sang naga dan para dewa memegang ekornya. 

Maka demikianlah, pengadukan lautan itu segera dimulai. Wiûóu kemudian merubah wujud beliau menjadi seekor kura-kura maha besar dan punggungnya menjadi alas pijakan gunung Mandara.

Hasil pertama yang keluar dari pengadukan lautan itu adalaah racun ganas yang bernama Hàlàhala. Racun ini akan menghancurkan dunia jika tidak segera ditindak lanjuti. Para dewa dan àsura kemudian menghadap Úiwa agar menyelamatkan mereka. 

Maka Úiwa kemudian menelan racun itu, tanpa terpengaruh oleh efeknya, terkecuali leher beliau yang berwarna biru. Oleh karena itulah beliau dikenal sebagai Nìlakanþha, artinya beliau berleher biru. Akan tetapi, sedikit bagian dari racun itu jatuh ke tanah, dan racun inilah yang kemudian membuat adanya kalajengking dan tanaman beracun.

Pengadukan lautan itu kemudian dilanjutkan hingga kemudian keluarlah seekor sapi ilahi yang bernama Surabhi. Sapi ini adalah Kàmadhenu, yaitu sapi yang mampu memenuhi keinginan apa saja. Para åûi kemudian membawa sapi ini ke Brahmaloka. 

Kemudian selanjutnya keluarlah kuda tampan yang bernama Ucchaiúúrawa dan kuda ini kemudian diberikan kepada Wali. Selanjutnya keluarlah Airàwata, raja para gajah bersama enam belas gajah yang lain. Kemudian keluarlah permata yang sangat indah bernama Kaustubha yang diserahkan pada Wiûóu sebagai hiasan di dada beliau. 

Selanjutnya adalah pohon Pàrijata yang diberikan pada Indra untuk menghiasai taman di kahyangannya. Pohon ini adalah pohon Kalpawåkûa yaitu yang menghasilkan apa saja yang kita inginkan. Kemudian keluarlah para apsara yang sangat cantik dan mereka memakai perhiasan permata dan pakaian yang indah.

Setelah itu keluarlah dewi Lakûmì, yang kehadirannya membuat dunia bersinar cemerlang. Beliau sangat cantik hingga semua yang melihat para dewa, àsura, manusia dan mahluk lainnya ingin memilikinya. Para åûi kemudian memandikan sang dewi dengan air suci. 

Raja samudra memberikan pakaian yang sangat indah, Waruóa memberikan kalung bunga, Wiúwakarma memberikan perhiasan dan Brahmà memberikan bunga teratai. Kemudian Lakûmì mencari orang yang layak menjadi pasangannya yang sempurna. Setelah dicari, ternyata Wiûóulah satu-satunya, yang layak untuk menjadi suaminya dan akhirnya mereka menikah.

Dewi anggur (minuman keras) adalah Waruói, yang keluar setelah Lakûmì. Dan dewi ini kemudian diberikan pada pihak àsura.

Hingga akhirnya keluarlah Dhanwantari, dewi ini membawa mangkok Amåta di tangannya. Dhanwantari adalah perintis dan penemu segala jenis obat-obatan. 

Namun para àsura dengan cepat merampas kendi amåta itu dan membawanya lari. Hal ini membuat para dewa sangat kecewa, namun Wiûóu kemudian menciptakan sebuah ilusi agar para àsura itu saling bertarung satu sama lain. 

Cara yang digunakan Wiûóu adalah dengan merubah wujudnya menjadi seorang wanita cantik yang mengadu domba para àsura untuk mendapatkannya. Para àsura kemudian meminta wanita cantik itu untuk membagikan amåta kepada mereka.

Tentu saja, Wiûóu tidak mau melakukan hal itu, dan sebaliknya beliau kemudian memberikannya kepada para dewa. Dalam hal ini para àsura merasa tertipu. 

Namun ada satu orang àsura yang berhasil mendapatkan amåta, dengan menyamar menjadi dewa pada saat pembagian amåta. Akan tetapi saat ia mau menelan amåta itu, Wiûóu mengetahui identitasnya lalu memotong kepala àsura itu dari tubuhnya, hingga amåta itu belum sempat masuk ke tubuhnya. 

Namun karena amåta itu telah menyentuh kepala Rahu, maka kepalanya kemudian menjadi abadi. Dan Brahmà kemudian mengubah kepala itu menjadi sebuah planet.

Para àsura kini telah menyadari bahwa mereka tertipu. Mereka menyerang para dewa dengan berbagai senjata. Namun karena para dewa telah meminum amåta, maka mereka menjadi lebih kuat. 

Sehingga setelah peperangan cukup lama, maka mereka berhasil mengalahkan para àsura.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar