Halaman

Kamis, 26 April 2012

Siwa Purana 1 - lanjutan

Lanjutan Úiva Puràóa yang lalu…

Úiva Puràóa 1 - lanjutan

BAB II 

(Pembebasan Devaràja)


Úaunaka berkata :
  1. Åûi Sùta, Anda adalah yang paling terberkati, dan paling beruntung karena telah mendapatkan pengetahuan yang tertinggi. Anda telah dengan murah hati menceritakan kepada kami tentang kisah ilahi ini.
  2. Kisah ilahi yang menghancurkan tumpukan dosa, yang menyucikan pikiran, dan menyenangkan dewa Úiva telah kami dengar.
  3. Terimakasih atas kemurahan hati Anda karena kami telah memahami sesuatu yang sangat agung, dan indah dalam Kisah ini.
  4. Siapakah diantara para pendosa yang telah disucikan oleh kisah (isi) dari kitab ini? Mohon beritahukanlah kami, dan buatlah dunia bahagia atas jawaban Anda.


    Sùta menjawab :
  5. Manusia yang pada kesehariannya selalu melakukan dosa, orang yang jahat dalam setiap tindakannya, telah menjadi orang suci oleh ajaran kitab puràóa ini.
  6. Melakukan hal ini adalah sebuah Jñànayajña yang agung, Melakukan ini akan menghasilkan pencapaian pembebasan, dan menghancurkan segala dosa serta menyenangkan dewa Úiva.
  7. Manusia yang diliputi oleh ketidaktahuan, yang tidak memiliki sifat jujur, mereka yang menghina, dan mencela orang tuanya sendiri, serta mereka yang biasa melakukan perbuatan jahat akan tersucikan oleh perbuatan membaca, dan memahami isi kitab suci ini.
  8. Mereka yang tidak pernah melakukan tugas dari varóa (kastanya), dan àúrama (tingkatan hidup) nya, dan mereka yang bertemperamen buruk akan tersucikan oleh Jñànayajña ini.
  9. Mereka yang biasa menipu, dan bersikap kasar mereka yang dipenuhi oleh maksud-maksud jahat akan tersucikan, meskipun pada jaman Kali ini dengan melakukan Jñànayajña ini.
  10. Mereka yang mencuri harta para Brahmin, akan sadar dengan sendirinya, mereka yang terlibat dalam perselingkuhan akan tersucikan, dan memiliki kesadaran jika melakukan Jñànayajña ini.
  11. Mereka yang senantiasa terlibat dalam perbuatan hina, mereka yang selalu berpikiran jahat akan tersucikan jika melakukan Jñànayajña ini, meskipun sekarang adalah jaman Kaliyuga.
  12. Manusia yang memiliki kebiasaan yang buruk, dan pikiran jahat mereka yang tidak pernah bisa merasakan kedamaian, mereka yang memanfaatkan kuil untuk tujuan yang tidak baik akan tersucikan dengan melakukan Jñànayajña ini.
  13. Pahala yang didapatkan dari membacadan memahami isi dari kitab ini sanggup menghancurkan segala dosa, memberikan kenikmatan hidup, pembebasan, dan menyenangkan dewa Úiva.
  14. Dalam hubungannya dengan pernyataan itu, sebuah anekdot    diceritakan sebagai sebuah contoh, dan meskipun hanya dengan mendengarkannya maka orang itu akan terhapuskan dosa-dosanya.
  15. Di sebuah kota yang dinamakan Kiràta hiduplah seorang Bràhmaóa miskin yang sangat miskin dalam pengetahuan yang seharusnya dimiliki oleh seorang Bràhmaóa. Ia biasa menjual minuman keras yang bertentangan dengan sikap, dan perbuatan seorang bràhmaóa yang sejati.
  16. Ia tidak pernah melakukan Sandhyà pùjà ataupun disiplin spiritual lainnya. Perbuatannya persis seperti tugas seorang Vaiúya. Ia bahkan tidak segan-segan untuk menipu orang demi keuntungan materi. Namanya adalah Devaràja.
  17. Baik dengan cara membunuh ataupun dengan menggunakan cara lain untuk menipu ia senantiasa merampas milik para Bràhmaóa, Kûatriya, Vaiúya, Úùdra, dan yang lainnya.
  18. Dengan cara jahatnya itu akhirnya ia bisa mengumpulkan banyak kekayaan. Akan tetapi sebagai orang jahat maka tidak satupun kekayaannya itu digunakannya untuk perbuatan yang baik.
  19. Pada suatu hari Devaràja pergi ke sebuah sungai untuk melakukan permandian. Disana ia melihat seorang wanita nakal yang sangat menggoda pandangannya.
  20. Wanita nakal itu, yang tahu bahwa seorang Bràhmaóa kaya datang padanya merasa sangat senang, dan bersedia menjadi budak sang brahmin. Sang Brahmin yang tidak lain adalah Devaràja menjadi amat senang mendengar cara wanita itu berbicara padanya, dan ini membuat-Nya jatuh cinta pada wanita itu.
  21. Maka ia kemudian memutuskan untuk menikahi wanita itu, sementara sang wanita juga tidak menolak jika dilamar oleh Devaràja. Perjalanan cinta mereka berlangsung cukup lama.
  22. Duduk santai, membohong, minum-minuman keras, mereka sama sekali tidak ada bedanya dengan pasangan-pasangan yang lainnya.
  23. Meskipun telah dibujuk untuk kembali ke jalan yang benar, baik oleh ibu, ayah, maupun oleh istri pertamanya, namun ia tidak pernah mau bertobat, dan malahan terus melakukan perbuatan yang tercela.
  24. Pada suatu hari, karena suatu hal, ia hendak membunuh ibu, ayah, dan istrinya sendiri, ketika mereka sedang tertidur, dan mengambil kekayaan mereka.
  25. Karena tergoda oleh kata-kata wanita di sungai itu, maka ia menyerahkan semua kekayaannya pada wanita itu beserta kekayaan yang dirampasnya dari ibu, ayah, dan istri pertamanya.
  26. Dengan ditemani oleh wanita nakal itu ia selalu memakan semua jenis makanan yang dilarang, menjadi pecadu anggur, minuman beralkohol, dan memakan makanan yang terletak pada satu piring dengan Gundiknya itu.
  27. Pada suatu hari, secara kebetulan ia datang ke sebuah kota yang bernama Pratiûþhàna [Pratiûþhàna : Ada dua sumber dari dua kota yang berlainan nama : (i) sebuah kota yang terletak antara pertemuan dua sungai suci, Gaògà, dan Yamunà, (ii) sebuah kota yang terletak di pinggir Godàvarì, dan merupakn ibu kota Sàlivahana], disana ia melihat sebuah kuil Úiva dimana di dalamnya berkumpul para pemuja Úiva yang taat.
  28. Selama tinggal disana, Ia terkena sebuah penyakit demam tinggi, dan disamping itu ia juga mendengar cerita tentang dewa Úiva.
  29. Pada akhir bulan sang Bràhmaóa, Devaràja, itu meninggal oleh derita demamnya yang tinggi. Ia kemudian dijemput oleh para pelayan Yama, dan dibawa ke alam Yama untuk mendapatkan hukuman.
  30. Sementara itu pada saat yang sama para pelayan Úiva dengan berpakaian serba putih, berlumuran abu, memakai tasbih Rudràkûa, serta senjata Triúùla dengan murka datang ke Alam Yama.
  31. Mereka mengancam para pelayan Yama (dewa kematian), dan mendesak mereka.
  32. Setelah membebaskan Devaràja maka para pelayan Úiva itu menempatkan Devaràja pada sebuah kereta yang mewah.
  33. Ketika mereka akan menuju ke gunung Kailàsa sebuah gemuruh besar terjadi setelah mereka mendengar Dharmaràja (Yama) keluar dari istananya.
  34. Melihat para Utusan yang berpakaian layaknya dewa Rudra, maka Dharmaràja yang merupakan simbol sopan satun memberi hormt pada mereka.
  35. Melalui penglihatan kebijaksanaannya Yama mengetahui semua nya. Maka tanpa banyak tanya lagi Yama membiarkan para pelayan itu membawa Devaràja.
  36. Setelah mendapat penghormatan dari dewa Yama maka mereka kemudian kembali ke Kailàsa, dan menyerahkan sang brahmin pada dewa Úiva, yang merupakan samudra welas asih, dan pasangan beliau yaitu Pàrvatì.
  37. Sungguh terberkati cerita yang terdapat dalam Úiva puràóa ini, cerita yang paling suci diantara yang suci, yang hanya dengan mendengarkan saja orang akan terhapus dosanya yang paling besar sekalipun, untuk bisa mencapai pembebasan.
  38. Singgasana dewa Úiva yang agung adalah tempat yang tertinggi, yang oleh para sarjana Veda, ditempatkan sebagai alam yang tertinggi dari semua alam lainnya.
  39. Devaràja yang adalah brahmin yang jahat, yang kecanduan alkohol, tergoda oleh wanita nakal, pembunuh ibu, ayah, dan istrinya sendiri, yang karena uang, dan harta.
  40. Devaràja tega membunuh banyak brahmin, kûatriya, vaiúya, dan banyak orang lainnya, secara mendadak bisa mencapai alam yang tertinggi hanya karena menjelang kematian ia mendengar kisah Úiva puràóa. 

BAB III 

(Terbebasnya Cañculà dari ilusi, dan keterikatan)

Úaunaka berkata :
  1. Tuan Sùta yang amat cerdas, Anda sungguh terberkati, dan maha tahu. Atas kemurahan hati Anda hamba selalu mendapatkan penjelasan tentang banyak hal berulang-ulang.
  2. Pikiran hamba sangat gembira setelah mendengar cerita pendek yang menarik itu. Mohon ceritakanlah kisah lain yang akan mengembangkan bhakti kita pada Úiva yang tertinggi.
  3. Tidak seorangpun didunia ini yang setelah meminum nektar akan mendapatkan pembebasan, akan tetapi lain halnya dengan kisah Úiva puràóa ini. Jika nektar ini diminum maka orang itu sudah pasti akan mendapatkan pembebasan.
  4. Sungguh Anda adalah yang terberkati. Sungguh terberkatilah cerita Úiva yang membuat seseorang akan mencapai kerajaan Úiva.


    Sùta kemudian berkata :
  5. O Úaunaka, saya akan menceritakannya padamu meskipun hal ini adalah amat rahasia, karena Anda adalah yang terutama diantara para sarjana Veda, dan adalah pembimbing para pemuja Úiva.
  6. Tersebutlah sebuah desa yang bernama ‘Bàûkala’ [Bàûkala gràma-Cf SK III. iii. 32. 50. Tidak mungkin untuk mengidentifikasikan, dan memberikan keterangan tentang tempat untuk desa ini] dimana mereka yang menghina, dan mencela Veda bermukim.
  7. Mereka adalah kelompok orang jahat yang suka menghalalkan segala cara untuk mencari penghidupan, mereka Atheis, suka berkelahi, dan melakukan perbuatan hina.
  8. Mereka tidak mengetahui apapun tentang pengetahuan yang sejati, ketidakterikatan ataupun kebajikan. Mereka bermental brutal, dan senantiasa senang mendengarkan gosip jahat serta fitnah-menfitnah.
  9. Orang-orang itu tidak memperdulikan kasta serta tidak melakukan kewajiban mereka. Karena selalu tenggelam dalam kenikmatan duniawi maka mereka selalu melakukan perbuatan dosa.
  10. Para wanitanya bertubuh bungkuk, buruk rupa, serta jahat dalam setiap prilaku mereka. Mereka bertemperamen jahat, kehilangan moralitas, dan hampa terhadap perbuatan baik atau ciri kewanitaan yang pada umumnya.
  11. Di desa Bàûkala ini, dimana semua orang rata-rata memiliki temperamen, dan perbuatan jahat, terdapatlah seorang bràhmaóa jahat yang bernama ‘Binduga’.
  12. Ia adalah bràhmaóa jahat yang senantiasa mengikuti jalan sesat. Meskipun ia memiliki seorang wanita cantik namun ia masih saja mencari pelacur. Kasih sayangnya pada istrinya sama sekali telah sirna.
  13. Ia melupakan istrinya yang setia yang bernama Cañculà itu, dan tenggelam dalam kenikmatan bersama para pelacur.
  14. Bertahun-tahun berlalu tanpa ada jeda dari perbuatan hinanya itu. Karena takut menodai kesetiaanya pada suaminya, Cañculà menahan rasa asamaranya tanpa ada yang mengisi hari-harinya.
  15. Akan tetapi setelah gairah remajanya mulai naik, dan tidak tertahankan lagi, maka ia memutuskan untuk tidak lagi melekat pada suaminya, dan menghentikan semua perbuatan baik yang telah ia jalani selama ini.
  16. Tanpa sepengetahuan suaminya ia mulai mengadakan hubungan zinah dengan seorang laki-laki lain, dan setelah tenggelam dalam perbuatan hina itu maka iapun tidak terkendali lagi.
  17. Tuan åûi, pada suatu hari akhirnya sang suaminya mengetahui istrinya sedang melakukan perbuatan hina bersama seorang laki-laki lain.
  18. Melihat kelakuan istrinya itu maka dengan marah ia mendekati kedua pasangan selingkuh itu.
  19. Ketika lelaki yang diajak berselingkuh oleh Cañculà itu mengetahui bawa sang suami akan datang maka ia dengan cepat melarikan diri dari tempat itu.
  20. Binduga yang jahat segera menangkap istrinya, dan sembari melempar-kan kata-kata kotor ia mulai memukuli Cañculà berulang-ulang.
  21. Cañculà yang telah berubah jahat oleh perlakuan suaminya itu mulai marah, dan bersiap untuk mengatakan sesuatu pada suaminya yang jahat itu.


    Ca
    ñculà berkata :
  22. Sungguh manusia bodoh kau ini, kau sendiri telah menjalin hubungan gelap dengan para pelacur siang, dan malam. Sementara itu kau mengenyampingkan aku sebagai istrimu yang setia, dan siap untuk mempersembahkan masa mudaku untukmu.
  23. Aku istrimu yang masih muda, dan kau buat teragitasi mental karena tidak pernah kau sentuh. Katakanlah jalan lain mana yang bisa aku tempuh jika aku diperlakukan seperti itu, oleh suamiku sendiri.
  24. Aku sangat cantik, dan memiliki jiwa, dan gairah muda, lalu karena tidak mendapatkan kepuasan sebagi seorang wanita darimu, aku menjadi amat sedih. Bagaimana aku bisa menahan semua itu?


    Sùta berkata :
  25. Brahmin yang jahat yang bernama Binduga itu, ketika mendapat kata-kata seperti itu dari istrinya, tanpa teringat akan kesalahannya kemudian berkata.


    Binduga berkata :
  26. Memang benar kau menderita tekanan batin. Sekarang dengarkanlah ceritaku, aku akan menyampaikan sesuatu yang mungkin akan berguna untukmu. Kau tidak perlu khawatir.
  27. Kau boleh saja melakukan hubungan gelap dengan siapa saja yang kau suka. Kau tidak perlu takut untuk melakukan hal itu. Dapatkanlah sebanyak mungkin uang dari mereka, dan berikanlah mereka kepuasan.
  28. Setelah itu kau harus menyerahkan semua uang itu kepadaku. Kau tahu kalau aku senang bermain wanita. Maka dengan begitu kita menjadi impas.


    Sùta berkata :
  29. Istrinya, Cañculà yang mendengar perkataan suaminya itu menjadi amat senang, dan segera menyetujui apa yang dikatakan oleh suaminya itu.
  30. Maka setelah terjadi kontrak perbuatan jahat antara kedua orang yang tiada lain adalah suami istri itu, maka mereka berdua tidak canggung lagi untuk melakukan berbagai perbuatan hina.
  31. Cukup lama waktu yang telah dihabiskan oleh pasangan ini dalam melakukan berbagai perbuatan hina mereka.
  32. Setelah beberapa waktu Binduga yang jahat, dan seorang wanita Úùdra yang menjadi gundiknya, mati, dan dinyatakan masuk neraka.
  33. Orang jahat ini terpaksa, meringkuk dalam waktu yang cukup lama di neraka karena perbuatan jahatnya selama di bumi. Ia menjadi seorang hantu di pegunungan Vindhya, dan melanjutkan perbuatan jahatnya.
  34. Sementara itu setelah kematian suaminya yang jahat, maka ia mulai tinggal bersama anak-anaknya.
  35. Wanita ini terus melanjutkan perbuatan hinanya, hingga pada suatu masa ia kehilangan daya tarik, dan giarah mudanya. 
  36. Karena kehendak yang diatas, pada hari yang dianggap bertuah ia kebetulan pergi ke kuil Gokaróa [Gokaróa: “telinga” sapi. Ini adalah sebuah tempat untuk tirtha yatra untuk memuja Úiva, yang terletak di pesisir Barat, dekat Bangalore. Disana terletak kuil Mahàdeva yang dipercaya telah dibangun oleh Ràvaóa] dengan ditemani oleh para kerabatnya.
  37. Sebagaimana biasa jika seseorang pergi ke kuil maka mereka melakukan permandian suci di sebuah telaga suci seperti tradisi mereka.
  38. Di dalam kuil, seorang sarjana Veda sedang menceritakan keagungan Úiva puràóa, dan beberapa diantaranya kebetulan didengar oleh Cañculà.
  39. Bagian yang kebetulan didengar oleh wanita ini adalah bagian yang menceritakan tentang pelayan Yama yang akan memasukkan besi yang membara pada vagina orang yang melakukan perbuatan zinah. Cerita ini sengaja dibuat dalam puràóa ini untuk menumbuhkan ketidakterikatan pada hal itu, namun hal ini membuat Cañculà menjadi gemetaran amat ketakutan.
  40. Satu bagian dengan úloka 39
  41. Pada akhir ceramah itu, dimana orang-orang mulai meninggalkan kuil itu, Cañculà memberanikan diri untuk bertanya pada brahmin yang adalah sarjana Veda itu.


    Cañculà berkata :
  42. Tuan yang terhormat, mohon maafkanlah perbuatan hamba yang mungkin agak lancang bertanya pada Anda. Mungkin dengan mendengar cerita hamba, Anda akan berbelas kasihan pada hamba, dan mengangkat hamba dari lembah derita ini.
  43. Tuan, dengan pikiran yang samasekali gelap, hamba telah melakukan dosa besar. Karena terbutakan oleh nafsu, hamba telah melakukan perbuatan hina dengan menjadi seorang pelacur.
  44. Sekarang ini, setelah mendengar ceramah Anda yang sama sekali tidak disertai dengan rasa sentimentil, dan penuh ketidak terikatan, hati hamba menjadi terenyuh hamba sangat takut.
  45. Ampunilah hamba, seorang pelacur hina ini, yang terbutakan oleh nafsu, terikat oleh kenikmatan dunia hamba telah melakukan perbuatan yang terlarang.
  46. Tanpa sadar dosa besar yang menimbulkan kesedihan yang amat mendalam, hanya karena kenikmatan sesaat, telah hamba lakukan sebuah kejahatan besar.
  47. Namun ironisnya hamba tidak pernah tahu, apa yang akan menimpa hamba jika hamba melakukan semua itu. Pikiran hamba senantiasa tertuju pada hal yang jahat. Siapakah yang akan mau bermurah hati datang untuk menyelamatkan hamba dialam sana nanti?
  48. Pada saat kematian bagaimana hamba harus menghadapi para pelayan Yama yang menakutkan itu? Bagaimana rasanya jika mereka telah membawa hamba pada tiang gantungan?
  49. Bagaimana hamba harus menahan rasa sakit, dan derita di neraka itu? Lalu bagaimana hamba harus menahan penderitaan khusus yang diberikan atas perbuatan hamba di dunia ini.
  50. Hamba menyesal, tuan. Bagaimana hamba bisa melakukan pekerjaan dengan tenang pada siang hari, bagaimana hamba bisa tertidur pulas pada malam hari setelah mengetahui semua ini?
  51. Sungguh hamba memang tidak beres. Hamba merasa terbakar habis! Hatiku terasa tercabik-cabik! Hamba telah dikutuk melakukan semua itu! Hamba adalah pendosa besar!
  52. O nasib malang ! engkaulah yang mengarahkan semua pikiranku kepada jalan sesat ini! dengan sedikit sentuhan keras kepal kau telah menenggelamkan aku ke dalam jurang kedukaan! Kau telah dibuat melenceng dari tugasku yang sebenarnya membawa banyak kebahagiaan.
  53. Tuan Bràhmaóa penderitaan hamba ini adalah lebih menyakitkan dari pada mereka yang mati terjepit atau mereka yang mati dilempar dari atas gunung.
  54. Dosa hamba terlalu besar hingga meskipun dengan mandi disungai selama ratusan tahun, atau melakukan berbagai jenis yajña akan membersihkan dosa-dosa itu.
  55. Apa yang harus hamba lakukan? Kemana hamba harus pergi? Kepada siapa hamba harus mengadu? Hamba telah jatuh ke alam yang sesat. Siapa yang akan bermurah hati mengangkat hamba kembali kejalan yang benar?
  56. Tuan yang berhati mulia, Anda adalah pembimbing hamba. Anda aku anggap sebagai ibuku. Anda juga adalah ibuku. Hamba berlindung pada Anda. Hamba berada dalam jurang yang dalam, mohon angkatlah hamba.


    Sùta kemudian berkata :
    Brahmin yang cerdas itu dengan penuh welas asih kemudian mengangkat Cañculà (yang telah jijik dengan keduniawian), dari jurang kesengsaraan, dan telah bersujud dikaki sang brahmin itu. Sang Brahmin kemudian berkata (sebagai berikut).

Senin, 09 April 2012

Purana - Siwa Purana

Kata puràóa mengandung dua pengertian : menceritakan masa lalu dan yang akan datang, dimana memiliki lima unsur penting yaitu; sarga (ciptaan alam semesta yang pertama), Pratisarga (penciptaan alam semesta yang kedua), Vaýúa (keturunan raja-raja), Manvantara (perubahan manu-manu), Vaýúànucarita (diskripsi keturunan yang akan datang). Selain itu Purana mengajarkan beberapa ilmu seperti upacara agama, filsafat hidup, lagu, tarian-tarian, drama, lukisan, pemerintahan, hak rakyat, adat istiadat masyarakat, kesehatan dan lain-lain.