Halaman

Selasa, 29 Mei 2012

Sagara dan turunnya Sungai Gangga - Bhagawata Purana


Sagara Dan Turunnya Sungai Gaògà
Diantara keturununan Ikûwàku tersebutlah seorang raja yang bernama Sagara. Raja Sagara suatu kali melakukan sebuah upacara Àúwamedha, namun Indra datang dan mencuri kuda pesembahan itu.


Sagara memiliki dua orang istri yaitu Sumati dan Keúini. Sumati memiliki 60.000 putra dan Keúini hanya satu orang putra saja. Ketika kuda persembahan itu tidak dapat ditemukan lagi, maka Sagara kemudian mengirim 60.000 anaknya untuk mencarinya. Anak-anak itu mencari kesegala tempat dan akhirnya mereka mendapatkan kuda itu di pertapaan åûi Kapila. 

Indra telah menyembunyikannya di tempat itu, sedangkan anak-anak itu tidak tahu kalau yang bertanggung jawab atas semua itu. Mereka mengira bahwa åûi Kapila yang telah mencuri kuda mereka dan menyerang beliau. Namun karena kehebatan tapa brata sang åûi hingga 60.000 anak itu hancur menjadi abu.

Sementara itu putra Keúini adalah Asamañja yang kemudian memiliki anak bernama Amúumana. Ketika 60.000 anaknya sudah lama pergi, namun belum juga kembali. Maka Sagara kemudian mengutus Amúumana untuk mencari paman-pamannya itu. Serta kuda persembahan yang hilang. 

Akhirnya Amúumana menemukan pamannya di àúrama åûi Kapila, namun dalam wujud yang berbeda yaitu tumpukan abu yang berjejal. Maka ia kemudian memohon pada sang åûi agar semua pamannya dihidupkan kembali.

Åûi Kapila kemudian berkata, “Amúumana, bawalah kuda ini. Pamanmu ada di sini dan telah menjadi abu. Tidak ada cara lain untuk menyelamatkannya kecuali air sungai Gaògà.”

Amúumana kemudian kembali dengan membawa kuda persembahan itu, dan upacarapun bisa diselesaikan. Amúumana kemudian melakukan berbagai tapa brata agar sungai Gaògà bisa dibawa turun ke bumi. Namun ia tidak berhasil melakukannya, dan usaha ini kemudian dilanjutkan oleh putranya yang bernama Dilìpa yang juga tidak berhasil.

Selanjutnya putra dari Dilìpa yang bernama Bhagìratha kemudian melakukan tapa yang sangat hebat hingga sungai Gaògà berkenan memberinya sebuah anugrah. Maka Bhagìratha kemudian memberitahukan keinginannya.

“Tapi, jika aku turun ke dunia, siapa yang akan menahan arus aliranku ? Jika tidak ada yang melakukan hal itu maka bumi akan hancur dan tembus hingga ke alam bawah bumi.” kata Gaògà.

Maka Bhagìratha kemudian berdoa kepada Úiwa dan memohon agar beliau bersedia menahan aliran sungai Gaògà. Úiwa kemudian menahan melalui tujuh helai rambut beliau. 

Kemudian Bhagìratha menuntun aliran sungai itu menuju ke tempat abu dari para leluhurnya berada. Dan setelah mendapatkan sentuhan air itu, maka roh 60.000 putra Sagara itu menjadi tersucikan dan masuk ke kahyangan.

Ràma dari Ràmàyaóa juga terkenal sebagai keturunan dari Ikûwàku.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar