Halaman

Selasa, 08 Mei 2012

Matsya Purana

Màtûya Puràóa

Màtûya Puràóa adalah salah satu dari kitab-kitab Puràóa Kuno, atau setidak-tidaknya salah satu dari karya-karya yang telah mengawetkan kebanyakan naskah kuno itu melalui pertimbangan yang jujur terhadap definisi sebuah Puràóa. Bermula dengan ceritra banjir besar,  dari banjir itu keluar Sang Hyang Viûóu dalam wujud seekor ikan besar (Màtûya) yang bertujuan untuk menyelamatkan Manu sendiri. 


Sedangkan kapal tempat Manu berlayar  terus ditarik oleh ikan itu. Percakapan antara  Manu dan Sang Hyang Viûóu dalam wujudnya sebagai seekor ikan merupakan bahan penyusunan kitab Puràóa ini. Uraian tentang penciptaan dijelaskan secara rinci, disusul dengan genealogi (silsilah asal-usul para raja dan åûi) yang di dalamnya disisipkan suatu bagian tentang kakek moyang-moyang (para leluhur) dan cara memuja mereka (bab 14-22). Tak ada satupun bagian-bagian geografis, astronomis, dan kronologis yang biasa dan merupakan sebuah karakter dari kitab-kitab Puràóa itu tidak disebutkan, dan menurut V.A. Smith data-data para raja yang tercantum dalam Puràóa ini khususnya, dapat bisa dipercaya terutama tentang dinasti Àndhra. 

Kitab Puràóa dalam banyak hal mepunyai banyak persamaan dengan kitab Mahàbhàrata dan Harivaýúa, sepeert:  ceritra-ceritra tentang raja Yayati (Bab 24-43), Sàvitrì (Bab 208-214), Inkarnasi Sang Hyang Viûóu (Bab 161-179, 244-248); dan seringkali terdapat kecocokan yang sangat harfiah, akan tetapi, terdapat amat banyak tambahan dan sisipan yang ditambahkan belakangan,  misalnya, kita temukan satu bagian yang luar biasa tentang cara-cara merayakan perayaan dan aktivitas ritual berupa Vrata (puasa) yang diuraikan bab 54-102, pengagungan tempat-tempat suci Allahabad (Prayàgamàhàtnya, bab 103-112), Benares (Varanasi dan Avimuktamàhàtnya), pada bab 180-185, dan keutamaan sungai Narmada (bab 186-194); lalu bagian berikutnya  mengenai tugas dan kewajiban  seorang raja (bab 215-227), mengenai tanda-tanda di langit (omen) dan  isyarat-isyarat  tertentu seperti gempa bumi (bab 228-238), upacara-upacara pada pembangunan rumah (bab 252-257) dan dedikasi pada pembuatan arca para dewa, pembangunan pura dan taman-taman (bab 258-270), enam belas macam sumbangan yang dirakhmati (danapuóya) pada bab 274-289, dst. 

Sepanjang isinya Màtûya Puràóa menunjukkan karakter Úivaistik, dengan banyak alasan sepertinya dapat digolongkan sebagai Viûóuistik. Perayaan-perayaan keagamaan dari Vaiûóava diuraikan berdampingan dengan perayaan-perayaan keagamaan dari saýpradàya Úaivaistik, dan kedua-dua mitos Sang Hyang Viûóu dan Sang Hyang Úiva dikisahkan berdampingan. Dalam bab 13 Devì (Gaurì úakti Sang Hyang Úiva) menyebutkan satu persatu kepada Daksa seribu delapan nama dengan nama-nama Gaurì diagungkan, adalah jelas bahwa kedua sekta baik Úiva maupun Vaiûóava menggunakan karya itu sebagai sebuah buku suci.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar