Halaman

Kamis, 31 Mei 2012

Dharma - Bhagawata Purana

DHARMA
Menurut Weda, ada empat kelompok atau golongan masyarakat sesuai dengan tugas masing-masing. 
  1. Para bràhmaóa adalah mereka yang mempelajari dan melaksanakan segala perintah Weda. 
  2. Para kûatriya adalah pelindung dunia. 
  3. Waiúya adalah mereka yang melakukan bidang pertanian dan perdagangan. 
  4. Sedangkan para Úùdra adalah mereka yang melayani ketiga kelompok di atas.


Selain itu juga ada empat àúrama (tahap kehidupan) yang dinyatakan dalam Weda. 
  1. Yang pertama adalah Brahmacarya atau saat menuntut ilmu 
  2. yang kedua Gåhastha, tingkatan berumah tangga. 
  3. Ketiga adalah Wànaprastha, yaitu masa mempelajari spiritual dan tinggal di hutan. 
  4. Dan yang terakhir adalah Bhikûuka atau Saònyàsa yaitu tingkatan menjadi pertapa.

Sukanyà dan Cyawana - Bhagawata Purana

SUKANYÀ DAN CYAWANA
Putri dari Úaryati adalah Sukanyà. Wanita ini sangat cantik dan memiliki kelopak mata bagaikan bunga teratai.

Gajah inkarnasi seorang Raja - Bhagawata Purana

CERITA TENTANG SANG GAJAH
Ada sebuah pegunungan yang indah bernama Trikuta. Gelombang samudra menyentuh kaki gunung ini. Di pegunungan ini terdapat hutan yang lebat. Dan di hutan itu tinggallah raja gajah. Ia menguasai semua binatang di hutan ini.

Manwantara - Bhagawata Purana

MANWANTARA
Setiap manwantara adalah sebuah era / jaman. 
Setiap empat belas manwantara membentuk satu kalpa. 
Alam semesta ini mengalami daur ulang setiap satu kalpa. 

Rabu, 30 Mei 2012

Indra melakukan Aswameda Yadnya (Bhagawata Purana)

INDRA DAN WÅTRA
Pada suatu waktu, Indra sedang duduk di singgasananya dan para dewa yang lain duduk mengelilingi beliau. Para gandharwa menyanyi dan para apsara menari.

Inkarnasi Wisnu - Bhagawata Purana

INKARNASI WIÛÓU SEBAGAI WARÀHA (Babi Hutan)
Maitreya kemudian melanjutkan ceritanya.
Manu dan Úatarùpa kemudian menemui Brahmà dan berkata “Tuan, kami belum mempunyai tempat tinggal. Seluruh dunia dipenuhi dengan air. Bumi tenggelam dalam air itu.”

Ajamila ditolong Dewa Wisnu - Bhagawata Purana

AJÀMILA
Akan tetapi tanpa menunggu masuk neraka, seorang pendosa bisa melakukan penebusan dosa-dosanya. Dan cara terbaik untuk melakukan penebusan dosa adalah dengan mengulang-ulang nama Wiûóu. Sebagai contohnya adalah kisah tentang Ajàmila di bawah ini.

Bharata - Bhagawata Purana

BHARATA
Bhàrata memiliki permaisuri yang bernama Pañcajanì. Bharata memerintah dengan adil dan bijaksana. Ia melakukan berbagai upacara yajña. Setelah memerintah cukup lama, maka ia menyerahkan kerajaan pada putra-putranya lalu pergi untuk menjadi seorang pertapa. Ia tinggal sendirian di sebuah àúrama di pinggir sungai Gaóðakì dan berdoa kepada dewa Wiûóu untuk mendapatkan pencerahan.

Priyawrata dan keturunannya - Bhagawata Purana

PRIYAWRATA DAN KETURUNANNYA
Priyawrata sebenarnya tidak memiliki keinginan yang sungguh-sungguh untuk menjadi raja. Namun ayahnya Swàyambhù Manu, gurunya Brahmà dan åûi Nàrada berhasil meyakinkannya bahwa tidak ada salahnya seseorang menjadi raja. Karena ini bukanlah jaminan bahwa seseorang akan terikat dan terjerat oleh ilusi dunia. Maka Priyawrata kemudian benar-benar menjadi raja dan menikah dengan Warhiûmati.

Para Praceta dan Puranjana - Bhagawata Purana

PARA PRACETA DAN PURAÑJANA
Diantara keturunan Påthu, tersebutlah seorang raja yang bernama Pràcìnawarhi. Beliau memiliki sepuluh orang putra yang dikenal bernama para Praceta.

Wena dan Prithu - Bhagawata Purana

WENA DAN PÅTHU
Dhruwa memiliki seorang anak yang bernama Utkala yang diangkat menjadi raja setelah Dhruwa menyepi di hutan. Namun Utkala tidak tertarik menjadi raja, ia lebih tertarik untuk mengejar pengetahuan tentang Brahman. Maka kerajaan kemudian diambil alih pada adiknya yaitu Watsara.

Dhruwa - Bhagawata Purana

DHRUWA
Swàyambhù Manu memiliki dua orang putra yaitu Priyawrata dan Uttànapàda. Keduanya menjadi raja. Raja Uttànapàda, memiliki dua orang istri yaitu Sunìti dan Suruci. Namun beliau lebih menyayangi Suruci, tidak seperti Sunìti. Dari Suruci beliau mempunyai seorang anak bernama Uttama dan Sunìti bernama Dhruwa.

Kardama dan Dewahuti - Bhagawata Purana

KARDAMA DAN DEWAHÙTÌ
Salah satu dari putri Manu adalah Dewahùtì. Dewahùtì menikah dengan åûi Kardama. Selama sepuluh ribu tahun. Kardama melakukan tapa yang dahsyat di pinggir sungai Saraswatì. Meditasinya ini sangat hebat hingga Wiûóu dibuatnya menjadi terkesan dan memberikan anugrah bahwa beliau sendiri akan lahir berinkarnasi sebagai putranya.

Selasa, 29 Mei 2012

Paundraka dan Raja Kasi - Bhagawata Purana

POUÓÐRAKA DAN RAJA KÀÚI
Seorang raja yang bernama Pauóðraka memerintah di kerajaan Kàrùûa. Raja ini sangat kasar dan angkara. Sehingga ia kemudian mengirim utusan untuk menantang Kåûóa berperang. Namun setelah menentang Kåûóa, ia kemudian pergi dan tinggal bersama temannya, raja Kàúì.

Yayati - Bhagawata Purana


YAYÀTI
Purùrawa juga memiliki seorang putra yang bernama Àyu. Dari Àyu lahirlah Yayàti. Yayàti memiliki dua orang istri yaitu Dewayàni dan Úarmiûþà. Dewayànì adalah putri dari Úukràcàrya, guru dari para àsura. Raja dari para àsura saat itu adalah Wåûaparwa dan Úarmiûþà adalah putrinya.

Sagara dan turunnya Sungai Gangga - Bhagawata Purana


Sagara Dan Turunnya Sungai Gaògà
Diantara keturununan Ikûwàku tersebutlah seorang raja yang bernama Sagara. Raja Sagara suatu kali melakukan sebuah upacara Àúwamedha, namun Indra datang dan mencuri kuda pesembahan itu.

Ambarisa - Bhagawata Purana


AMBARÌÛA
Raja Ambarìûa adalah keturunan raja Nàbhàga. Ia menguasai dunia dan memiliki semua kekayaan yang mungkin diinginkan oleh seseorang. Namun Ambarìûa tidak terlalu menarik hatinya. Pikirannya selalu tertuju pada Wiûóu. Ia dan istrinya memutuskan untuk melakukan sebuah upacara agama yang khusus. 

Waiwaswata Manu - Bhagawata Purana


KETURUNAN WAIWASWATA MANU
Pada awalnya, Waiwaswata manu tidak memiliki keturunan. Istrinya bernama Úraddhà. Karena mereka tidak mempunyai keturunan, maka mereka memutuskan untuk melakukan sebuah upacara kurban. 

Matsya si Ikan Penyelamat (Bhagawata Purana)


MATSYA AWATÀRA 


Bertahun-tahun yang lampau, telah terjadi banjir besar hingga bumi tenggelam ke dalam air. Saat itu Brahmà sedang tertidur, dan mendapat kesempatan itu, seorang àsura bernama Hayagrìwa mencuri Weda-Weda. Saat itulah Wiûóu mengambil wujud seekor ikan maha besar (Matsyàwatàra).

Wali - Bhagawata Purana


WALI
Úukràcàrya adalah guru dari para àsura. Beliau melakukan sebuah yajña Wiúwajita untuk Wali dan ini membuat raja para àsura itu menjadi tak terkalahkan. 

Samudra Manthana- Bhagawata Purana


Pengadukan Samudra Manthana
Bertahun-tahun yang lampau, terjadilah pengadukan samudra Manthana untuk mendapatkan Amåta.

Hiranyakasipu dan Anaknya Prahlada (Bhagawata Purana)


HIRAÓYAKAÚIPU DAN PRAHLÀDA
Mungkin anda masih ingat tentang Wiûóu yang berwujud seekor babi hutan untuk membunuh Hiraóyakûa. Dan Hiraóyakûa ini memiliki seorang saudara bernama Hiraóyakaúipu.

Anak-anak Diti - Bhagawata Purana


ANAK-ANAK DITI
Åûi Kaúyapa menikah dengan dua wanita yaitu Diti dan Aditi. Diti memiliki anak-anak yang bergelar para Daitya dan Aditi memiliki anak-anak yang bergelar Àditya atau para dewa.

Citraketu - Bhagawata Purana

CITRAKETU
Raja Parìkûit mendengar kisah Indra dan Wåtra dari åûi Úukadewa. Dan Parìkûit menjadi bingung, bagaimana seorang Àsura seperti Wåtra bisa mengabdi dan memuja Wiûóu ? Úukadewa kemudian memberitahukan tentang kisah Citraketu.

Neraka - Bhagawata Purana


TENTANG NERAKA
Telah dijelaskan sebelumnya tentang berbagai neraka yang berbeda-beda. Masing-masing diperuntukkan sesuai dengan dosa tertentu. Seluruh wilayah neraka berada di dunia bawah. 

Beberapa pendapat menyatakan ada dua puluh delapan jenis neraka. Yang menguasai dan menentukan ke neraka mana seharusnya seseorang dimasukkan adalah dewa Yama.

Seorang pencuri masuk ke neraka Tàmisra dan di sana mereka menderita haus dan kelaparan. Mereka bersifat kejam tanpa perasaan akan masuk neraka Rourawa. Neraka ini dihuni oleh mahluk yang menyerupai ular yang bernama para Ruru. Oleh karena itulah neraka ini disebut Rourawa. 

Para Ruru ini melakukan kekerasan dan kekejaman pada para pendosa yang masuk ke neraka ini. Pendosa yang menyakiti seorang bràhmaóa akan masuk ke neraka Kàlasùtra dan mereka dibakar di neraka ini. 

Mereka yang menentang ajaran Weda, masuk ke neraka Asipatrawana dan dicambuk di sana. Neraka ini dipenuhi dengan pohon palem yang memiliki daun setajam pedang. Dan siapa saja yang mencoba melarikan diri dari cambuk maka daun pohon itu akan jatuh dan melukai tubuhnya.

Mereka yang membunuh orang yang tidak bersalah akan masuk Úùkaramukha dan digigit serangga jahat. Mereka yang makan tanpa melakukan persembahan kepada para dewa dan leluhurnya, akan masuk ke neraka Kåmibhoja dan dimakan oleh cacing jahat. 

Mereka yang meramu racun atau zat yang berbahaya akan masuk ke neraka yang berisikan seratus dua puluh anjing galak yang akan menggigitnya. Orang yang menjadi saksi palsu akan dijatuhkan dari puncak pegunungan secara terus menerus. 

Seorang bràhmaóa yang minum minuman keras akan dipaksa meminum larutan besi di sebuah neraka. Orang yang kikir akan masuk neraka Sùcìmukha. Di sana para pelayan Yama akan menusukkan jarum dan benang di sekujur tubuhnya.

Sedangkan mereka yang melakukan kebaikan akan masuk Sorga. Karena masing-masing orang memiliki tumpukan dosa dan pahala masing-masing, pahala akan masuk sorga sedangkan dosa masuk neraka. 

Namun jika timbangan antara kebaikan dan kejahatan seimbang maka, orang itu harus terlahir kembali untuk menentukan apakah sorga atau neraka yang akan menjadi tempat tinggalnya.

Samba Menculik Laksana - putri Duryodhana


Sàmba Menculik Lakûaóà

Sàmba adalah putra Kåûóa dan Jàmbawatì. Sedangkan di pihak lain Duryodhana memiliki seorang putri yang bernama Lakûaóà. 

Kematian Jarasandha


Jaràsandha mati di tangan Bhìma, karena diberitahu kelemahannya oleh Kåûóa

Suatu hari Kåûóa pergi ke Indraprastha, ibu kota kerajaan Yudhiûþhira, dan para Pàóðawa sangat senang menerima kedatangannya.

Kematian Sisupala di tangan Krisna


ÚIÚUPÀLA menemui ajal
Banyak raja dan åûi yang telah berkumpul pada upacara istimewa (Ràjasùya) yang dilakukan oleh Yudhiûþhira. Akan tetapi dengan mengabaikan yang lainnya, persembahan yang pertama ditujukan kepada Kåûóa.

Salwa Gugur di tangan Krisna - Bhagawata Purana

KEMATIAN SÀLWA
Sàlwa adalah teman dari Úiúupàla. Ia memutuskan untuk membunuh para Yàdawa dan melakukan tapasya untuk tujuan tersebut. Ia berdoa kepada Úiwa setiap hari dan tirakat dengan memakan segenggam debu setiap harinya. Hal ini dilakukannya selama setahun penuh. 

Siwa dan Daksa - Bhagawata Purana


ÚIWA DAN DAKÛA
Bertahun tahun yang lampau, tersebutlah sebuah yajña dilakukan dengan dihadiri oleh para dewa, åûi, pertapa dan semua mahluk ilahi. Semua tamu telah datang dan duduk ketika tiba-tiba Dakûa datang. 

Putri-putri Manu - Bhagawata Purana


PUTRI-PUTRI MANU
Sebagaimana telah diceritakan di depan bahwa Swàyambhù Manu memiliki tiga orang putri yang bernama 1. Àkùti, 2. Dewahùtì dan 3. Prasùtì. Dan kita telah menyimak kisah Dewahùtì.

Senin, 28 Mei 2012

KRISNA PULANG KAMPUNG

KÅÛÓA KE DWÀRAKA



Setelah perang Kurukûetra berakhir, Yudhiûþhira, saudara tertua dari para Pàóðawa kemudian diangkat menjadi raja. 

Minggu, 27 Mei 2012

Resi Wedawyasa - Bhagawata Purana

ÅÛI WEDAWYÀSA

Åûi Wedawyàsa memiliki seorang putra bernama Úukadewa. Úukadewa adalah seorang åûi yang hebat. Beliau adalah åûi yang terpelajar dan terbebas tidak terikat oleh segala ilusi duniawi. Namun beliau tidak pernah memperlihatkan kehebatannya, jadi kebanyakan orang-orang menganggapnya bodoh dan gila.


Senin, 21 Mei 2012

Bhagawata Purana Versi Lain

Dalam Bhagawata Purana, diceritakan: 









Uddhawa Dan Widura



Inkarnasi Wiûóu Sebagai Waràha (Babi Hutan)
Kardama Dan Dewahùtì



Dhruwa
Wena Dan Påthu
Para Praceta Dan Purañjana
Priyawrata Dan Keturunannya
Bharata 


Ajàmila
Indra Dan Wåtra




Dharma
Manwantara
Cerita Tentang Sang Gajah



 

Keturunan Ikûwàku

Candra Waýúa
Paraúuràma
Duûyanta Dan Úakuntalà
Pembangunan Kota Dwàraka
Kàlayawana
Permata Syamantaka
Narakàsura
Kematian Rukmì
Wana















Kebajikan Bhàgawata Puràóa 
      Bhàgawata puràóa adalah puràóa yang paling suci di antara naskah puràóa yang ada. Bagi puràóa lain, atau jika dibandingkan dengan puràóa lain, jika ibarat sungai maka Bhàgawata puràóa adalah sungai Gaògà, Wiûóu di antara para dewa dan kota Kàúì di antara tempat suci. Mereka yang memuja Wiûóu akan menyucikan puràóa ini. Naskah ini adalah naskah yang perlu untuk dipelajari, didengarkan dan dipahami dengan mendalam. Pada bulan Bhadra, naskah ini harus disempatkan di tempat yang suci dan di hari sesajen. Orang yang melakukan semua itu akan mendapatkan pahala yang abadi. Sedangkan puràóa yang lain dipuja, jika seseorang tidak mengetahui Bhàgawata puràóa.
Setelah membaca Bhàgawata puràóa ini, kami persembahkan sujud yang sedalam-dalamnya pada Wiûóu.
(Akhir dari Bhàgawata Puràóa versi lain)

Selasa, 08 Mei 2012

Bhagawata Purana

 Bhàgavata Puràóa

Tidak dapat dipungkiri lagi adalah karya sastra. Puràóa ini merupakan karya yang paling terkenal di India. Bahkan sampai dewasa ini ia memberikan bimbingan yang sangat mempengaruhi kehidupan dan pemikiran pada para pengikut yang tak terhitung jumlahnya dari sekta Bhàgavata (para pemuja Sang Hyang Viûóu di bawah nama Bhàgavat). 

Wisnu atau Waisnawa Purana

Viûóu atau Vaiûóava Puràóa 

Viûóu atau Vaiûóava Puràóa. Buku ini merupakan karya utama dari para pemuja Viûóu atau Vaiûóava dan dikutip oleh Ràmànuja, seorang filosof, pendiri sekte Vaiûóava, di dalam komentarnya kepada Vedànta Sùtra, menunjukkan bahwa ia adalah seorang ahli yang penting. Dalam karya sastra  ini Viûóu dipuja dan diagungkan sebagai Yang Tertinggi, sebagai salah satu dan satu satunya devatà yang diidentikkan dengan Brahmà dan Úiva. 

Padma Purana

Padma Puràóa

Terdapat dua resensi yang berbeda dari karya yang amat besar ini. Edisi yang dicetak  yang terdiri dari enam buku, yakni Àdi, Bhùmi, Brahmà, Pàtàla, Såûþi dan Uttara Khaóða, adalah resensi yang kemudian. Khaóða yang lebih tua, yang  telah turun kepada kita hanya dalam naskah-naska bahasa Bengali, terdiri dari buku-buku atau Khaóða sebagai berikut. 

Wayu Purana

 Vàyu Puràóa

Vàyu Puràóa, Vàyava Puràóa atau Puràóa Sang  Hyang Vàyu ini dikenal dengan nama Úaiva atau Úiva Puràóa, judul yang berkaitan terhadap pemujaan kepada Sang Hyang Úiva. Sebuah Puràóa yang diwedarkan oleh dewa Vàyu, dikutip dalam Mahàbhàrata seperti juga di Harivaýúa, dan Harivaýúa dalam segala hal sangat sesuai dengan isi kitab Vàyu Puràóa. 

Markandeya Purana

 Màrkaóðeya-Puràóa

Puràóa ini adalah salah satu karya dari karya yang paling penting, menarik dan barang kali juga yang tertua dari keseluruhan literatur Puràóa. Bahkan Puràóa ini, bukan karya kesatuan, tetapi terdiri dari bagian-bagian yang tidak semua berasal dari nilai yang sama dan juga rupanya tersusun dalam beberapa kurun waktu tertentu.

Bhawisya Purana

Bhaviûya atau Bhaviûyat-Puràóa

Sesuai dengan judul kitab Puràóa ini, menunjukkan sebuah karya yang berisi ramalan-ramalan tentang masa depan (Bhaviûya). Naskah yang diwariskan kepada kita dalam bentuk manuskrip di bawah judul tersebut, tentu bukanlah sebuah karya yang sangat kuno, yang dikutip dalam Àpastambìya Dharmasùtra. Uraian tentang penciptaan alam semesta diambil dari buku hukum Manu (Manavadharmaúàstra) yang ditempatkan sedemikian rupa yang digunakan ditempat lainnya. 

Brahmawaiwarta Purana

Brahmavaivarta Puràóa

Judul Brahmavaivarta Puràóa dapat diterjemahkan “Puràóa tentang trensformasi Brahman” (Maurice Winternitz, I, 1990: 542). Nama dari kitab Puràóa ini adalah nama yang digunakan di India Selatan, karya yang sangat kompleks ini dibagi menjadi empat buku. 

Waraha Purana

Varàha Puràóa

Varàha Puràóa adalah sebuah Puràóa yang dianggap sebagai salah satu dari kitab-kitab Mahà Puràóa sesuai dengan kandungan yang terdapat di dalam kitab Puràóa tersebut. Walaupun dinyatakan pada bagian awal dari kitab Puràóa ini tentang Pañcalakûaóa, namun kenyataannya tidak mengandung semua unsur dari hal tersebut, sebuah bukti yang menunjukkan kaitan dengan kitab-kitab Puràóa lainnya. 

Skanda Purana

Skanda Puràóa

Puràóa ini dinamakan Skanda, yakni mengambil nama putra Sang Hyang Úiva dan komandan pasukan kahyangan yang dikatakan mengandung ajaran Úivaisme di dalamnya. Puràóa kuno ini, betapapun, barang kali seluruhnya telah hilang, karena walaupun ada sejumlah banyak dari karya-karya yang lebih atau kurang luas yang mengklaim dirinya sebagai Saýhità dan Khaóða dari Skanda-Puràóa, dan sejumlah besar Màhàtmya yang hampir melimpah menunjukkan dirinya sebagai bagian dari kitab Puràóa.