Halaman

Rabu, 30 Mei 2012

Para Praceta dan Puranjana - Bhagawata Purana

PARA PRACETA DAN PURAÑJANA
Diantara keturunan Påthu, tersebutlah seorang raja yang bernama Pràcìnawarhi. Beliau memiliki sepuluh orang putra yang dikenal bernama para Praceta.

Suatu kali, para Praceta sedang melakukan perjalanan menuju ke barat untuk melakukan tapasya di dalam Samudra. Di tengah perjalanannya mereka melihat sebuah danau yang luas. Berbagai ikan cantik berenang di air dan bunga teratai mengembang di permukaannya. 

Di pinggir danau itu berbagai alat musik ditabuh hingga menimbulkan suara yang indah. Para Praceta ini menjadi amat takjub ketika melihat Úiwa bersama para pelayannya sedang melakukan permandian suci di danau itu. Úiwa kemudian memberikan banyak nasehat kebajikan pada mereka. Dan para Praceta ini kemudian melakukan tapasya selama sepuluh ribu tahun di bawah air.

Sementara itu, Nàrada datang menemui raja Pràcìnawarhi. Sang raja menyambut åûi Nàrada, “Hamba terlalu terikat dengan pengejaran kenikmatan duniawi. Mohon berikanlah hamba petunjuk untuk membebaskan diri dari ilusi ini.”

“Aku akan menceritakan tentang kisah Puràñjana” jawab Nàrada.

Tersebutlah seorang raja bernama Puràñjana. Beliau hanya memiliki seorang teman, namun tak seorang pun tahu nama temannya itu. Puràñjana sedang mencari sebuah tempat di mana ia bisa tinggal di bumi. Namun tidak satu pun tempat yang sesuai dengan keinginannya. Pencariannya itu menuntunnya sampai ke kaki pegunungan Himàlaya dan di sana ia menemukan sebuah kota yang indah. Kota itu dipenuhi dengan semak dan bangunan. Ada benteng dan tembok yang mengelilingi kota itu.

Bangunan-bangunan yang ada di kota itu, nampak bersinar gemerlapan. Pintu dan jendelanya terbuat dari emas dan perak. Di dalam kota itu tinggal berbagai jenis binatang buas yang telah dijinakkan dan tidak lagi menampakkan sifat liarnya.

Di tengah kota itu, Puràñjana menemukan seorang wanita cantik yang dijaga oleh sepuluh orang prajurit. Seekor ular yang berkepala lima juga menjaga wanita itu.

“Siapakah anda ?” tanya Puràñjana. “Dan siapakah sepuluh orang pengawal anda itu serta ular yang selalu mengikuti anda ?” Puràñjana ingin menikahi wanita itu dan dia pun setuju. Wanita itu berkata bahwa Puràñjana bisa tinggal di sana selama seratus tahun dan menjadi suaminya.

Maka Puràñjana kemudian menikahi wanita itu dan nyaris melupakan segalanya. Ia tidak lagi pergi berburu karena khawatir istrinya akan kecewa. Ia bahkan tidak ingat pada siang dan malam. Maka akibatnya ia memiliki seribu seratus putra dan seratus sepuluh putri. Namun perlahan-lahan Puràñjana menjadi semakin tua. Semua kenikmatan yang selama ini dijalaninya tidak lagi menarik hatinya. Dan kerajaannya sendiri telah dihancurkan oleh musuh-musuhnya.

Ketika wafat, raja Puràñjana dimasukkan ke neraka selama seratus tahun. Meskipun telah di neraka, ia selalu memikirkan istrinya. Dan karena selalu memikirkan wanita, maka dalam kehidupan selanjutnya ia lahir menjadi wanita. Selanjutnya ia kemudian lahir sebagai putri raja Widarbha dan menikah dengan raja Malayadhwaja. Mereka memiliki tujuh orang putra dan seorang putri. 

Raja Malayadhwaja memerintah cukup lama, lalu menyerahkan kerajaannya pada putra-putranya. Ia sendiri ingin bermeditasi ke hutan dengan ditemani oleh istrinya. Beliau bermeditasi selama seratus tahun. Namun meditasinya diakhiri dengan kematiannya dan ini membuat istrinya sangat sedih. Maka dia juga memutuskan untuk mengikuti suaminya dengan masuk ke dalam kobaran api upacara kremasi suaminya. Namun ketika dia akan melakukan hal itu seorang bràhmaóa datang ke tempat itu.

“Apa yang kau lakukan ?” tanya bràhmaóa itu. “Untuk siapa kau bersedih ? Siapakah laki-laki yang kau tangisi ini? Lalu siapakah dirimu ? Tidakkah kau masih berupa Puràñjana. Kau telah pergi ke sebuah kota di Himàlaya dan melupakan segalanya bahkan temanmu sendiri. Sekarang lupakan semua ilusi ini dan sadarilah kebenaran yang sejati. Kau bukanlah Puràñjana, juga bukan istri dari Malayadhwaja. Kau adalah àtmanmu. Pahamilah hal ini dan terbebaslah dari segala ilusi.”

Mendengar cerita itu, Pràcìnawarhi mulai dapat menangkap maksud yang tersembunyi dalam cerita Nàrada. Ia kemudian pergi ke pertapaan åûi Kapila untuk bermeditasi. Sementara itu, putra-putranya yaitu para Praceta telah berhasil menyelesaikan tapasyanya. Wiûóu berkenan menampakkan diri di hadapan mereka. Mereka kemudian menikah dengan seorang wanita bernama Màriûà dan memiliki banyak anak.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar