Halaman

Minggu, 27 Mei 2012

Resi Wedawyasa - Bhagawata Purana

ÅÛI WEDAWYÀSA

Åûi Wedawyàsa memiliki seorang putra bernama Úukadewa. Úukadewa adalah seorang åûi yang hebat. Beliau adalah åûi yang terpelajar dan terbebas tidak terikat oleh segala ilusi duniawi. Namun beliau tidak pernah memperlihatkan kehebatannya, jadi kebanyakan orang-orang menganggapnya bodoh dan gila.


 
Sementara itu, kitab Weda yang telah dibagi menjadi empat itu, masing-masing adalah Åg Weda, Yajur Weda, Sàma Weda dan Atharwa Weda. 
Åûi Wedawyàsa mengajarkan empat Weda itu kepada empat muridnya.
1. Åûi Paila diajarkan Åg Weda,
2. Åûi Waiúampàyana diajarkan Yajur Weda,
3. Åûi Jaimini diajarkan Sàma Weda dan
4. Åûi Sumantu diajarkan Atharwa Weda. 

Sedangkan puràóa-puràóa dikenal sebagai Weda yang kelima.
Wedawyàsa kemudian mengajarkan puràóa ini kepada åûi Romaharûaóa. Romaharûaóa kemudian menjadi ayah dari åûi Suta, yang menyusun Bhàgawata Puràóa.

Namun, meskipun telah mengerjakan tugas besar dalam menyusun Weda dan Mahàbhàrata, Wedawyàsa masih belum puas. Àúramanya terletak di pinggir sungai Saraswatì. Setelah melakukan pemandian suci, beliau kemudian duduk di pertapaannya dan mulai merenungkan apa yang harus dilakukannya. Saat itulah kemudian datang åûi Nàrada ketempat sang åûi Wedawyàsa.

“Wedawyàsa” tanya Nàrada. “Mengapa kau tampak sangat terbebani ? Kau telah melakukan suatu pekerjaan yang dibanggakan oleh umat manusia ?”
“Hamba benar-benar tidak tahu mengapa hamba merasa belum puas seperti ini” jawab Wedawyàsa. “Anda adalah maha tahu. Mohon hamba diberitahu tentang mengapa hamba merasa belum puas.”

“Semua itu mungkin disebabkan oleh karena kau terlalu banyak menghabiskan waktumu dalam menjalankan kewajibanmu, menjalankan dharma yang merupakan kebaikan” kata Nàrada. “Ulasan yang kau buat ini terlalu abstrak sedangkan kebanyakan orang menginginkan sesuatu yang dalam bentuk konkrit. Kata-kata kosong tentang dharma tidak akan banyak berguna. Ajaran dharma akan lebih mudah disajikan jika kau menceritakan tentang Kåûóa. Mungkin ini akan membuat ajaran dan ulasan yang kau buat menjadi lebih pribadi dan mudah dipahami. Mengapa tidak kau lakukan seperti itu ? Hanya engkau yang sanggup melakukannya.”

Demikianlah dengan didukung oleh Nàrada, Wedawyàsa mulai menyusun Bhàgawata Puràóa dan kemudian mengajarkannya pada putranya yaitu åûi Úukadewa.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar