Halaman

Jumat, 01 Juni 2012

SYAMANTAKA - Bhagawata Purana

PERMATA SYAMANTAKA
Ada seorang Yàdawa yang bernama Satràjit. Ia amat setia memuja dewa Sùrya, dewa matahari. Sùrya yang berkenan atas pengabdian Satràjit kemudian menganugrahkan permata Syamantaka yang ajaib. 


Permata itu bersinar seperti cahaya matahari. Satràjit biasa menggunakan permata itu di lehernya. Dan atas keajaiban permata itu, segala penyakit dan bencana tidak berani mendekati kerajaan para Yàdawa.

Kåûóa berpendapat bahwa permata seperti itu seharusnya menjadi milik raja Ugrasena, raja para Yàdawa. Namun Satràjit menolak untuk menyerahkan permata itu kepada Ugrasena.

Pada suatu saat kakak Satràjit, Prasenajit meminjam permata itu. Ia kemudian pergi ke hutan untuk berburu dan di hutan ia tewas diterkam seekor singa. Sebaliknya, singa itu kemudian dibunuh oleh beruang Jàmbawàn. Jàmbawàn kemudian membawa permata itu untuk diberikan pada anaknya, dipakai mainan. 

Sementara orang-orang mulai gempar membicarakan tentang kematian Prasenajit dan Satràjit memutuskan bahwa Kåûóa-lah yang telah membunuh kakaknya dan mencuri permata itu. Berita tentang gossip Kåûóa ini mulai tersebar di antara para Yàdawa.

Untuk membersihkan nama baiknya, Kåûóa kemudian pergi ke hutan untuk mencari tahu bagaimana sebenarnya peristiwa itu terjadi. Ia mengikuti jejak seekor beruang yang tiada lain adalah Jàmbawàn sampai ke dalam gua tempat Jàmbawàn. Maka terjadilah perkelahian selama delapan hari dan delapan malam antar Kåûóa dan Jàmbawàn. 

Akhirnya Jàmbawàn berhasil dikalahkan. Ia tidak saja mengembalikan permata itu, namun juga menikahkan putrinya, Jàmbawatì pada Kåûóa. Ketika Kåûóa mengembalikan permata itu pada Satràjit maka Satràjit sangat malu atas kecurigaannya pada Kåûóa. Maka sebagai tanda rasa berbaikannya pada Kåûóa, ia menikahkan putrinya, Satyabhàmà pada Kåûóa.

Saat itu ada tiga orang Yàdawa yang juga mencintai Satyabhàmà. Mereka adalah Akrùra, Kåtawarmà dan Úatadhanwà. Mereka sama sekali tidak senang atas pernikahan Kåûóa dengan Satyabhàmà. Akrùra dan Kåtawarmà menyarankan Úatadhanwà untuk membunuh Satràjit. 

Úatadhanwà kemudian melakukan hal itu dan mencuri permata Syamantaka. Namun setelah mengetahui Balaràma dan Kåûóa akan membalas dendam, maka ia melarikan diri dari Dwàraka. Akan tetapi ia menitipkan permata itu pada Akrùra.

Balaràma dan Kåûóa kemudian mengejar Úatadhanwà dan membunuh penjahat itu. Namun mereka tidak berhasil mendapatkan permata itu. Dan tentu saja Akrùra yang membawa permata itu segera menyembunyikan permata itu di tempat yang tersembunyi.

Namun Akrùra dan Kåtawarmà merasa tidak yakin kalau tindakan mereka tidak akan tercium oleh Kåûóa. Oleh karena itulah, mereka segera meninggalkan Dwàraka. Dan sepeninggal mereka maka bencana dan wabah penyakit merajalela di kota Dwàraka. 

Dari hal itu, Kåûóa kemudian menyimpulkan bahwa permata itu pasti berada pada Akrùra. Maka ia kemudian membawa Akrùra kembali ke Dwàraka dan membujuknya untuk mengakui bahwa merekalah yang telah menyimpan permata itu. Dan Akrùra tidak bisa mengelak lagi.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar