PERMATA SYAMANTAKA
Ada seorang Yàdawa yang bernama Satràjit. Ia amat setia memuja
dewa Sùrya, dewa matahari. Sùrya yang berkenan atas pengabdian Satràjit
kemudian menganugrahkan permata Syamantaka yang ajaib.
Permata itu bersinar
seperti cahaya matahari. Satràjit biasa menggunakan permata itu di lehernya.
Dan atas keajaiban permata itu, segala penyakit dan bencana tidak berani
mendekati kerajaan para Yàdawa.
Kåûóa berpendapat bahwa permata seperti itu seharusnya menjadi
milik raja Ugrasena, raja para Yàdawa. Namun Satràjit menolak untuk menyerahkan
permata itu kepada Ugrasena.
Pada suatu saat kakak Satràjit, Prasenajit meminjam permata itu.
Ia kemudian pergi ke hutan untuk berburu dan di hutan ia tewas diterkam seekor
singa. Sebaliknya, singa itu kemudian dibunuh oleh beruang Jàmbawàn. Jàmbawàn
kemudian membawa permata itu untuk diberikan pada anaknya, dipakai mainan.
Sementara orang-orang mulai gempar membicarakan tentang kematian Prasenajit dan
Satràjit memutuskan bahwa Kåûóa-lah yang telah membunuh kakaknya dan mencuri
permata itu. Berita tentang gossip Kåûóa ini mulai tersebar di antara para
Yàdawa.
Untuk membersihkan nama baiknya, Kåûóa kemudian pergi ke hutan
untuk mencari tahu bagaimana sebenarnya peristiwa itu terjadi. Ia mengikuti
jejak seekor beruang yang tiada lain adalah Jàmbawàn sampai ke dalam gua tempat
Jàmbawàn. Maka terjadilah perkelahian selama delapan hari dan delapan malam
antar Kåûóa dan Jàmbawàn.
Akhirnya Jàmbawàn berhasil dikalahkan. Ia tidak saja
mengembalikan permata itu, namun juga menikahkan putrinya, Jàmbawatì pada
Kåûóa. Ketika Kåûóa mengembalikan permata itu pada Satràjit maka Satràjit
sangat malu atas kecurigaannya pada Kåûóa. Maka sebagai tanda rasa berbaikannya
pada Kåûóa, ia menikahkan putrinya, Satyabhàmà pada Kåûóa.
Saat itu ada tiga orang Yàdawa yang juga mencintai Satyabhàmà.
Mereka adalah Akrùra, Kåtawarmà dan Úatadhanwà. Mereka sama sekali tidak senang
atas pernikahan Kåûóa dengan Satyabhàmà. Akrùra dan Kåtawarmà menyarankan
Úatadhanwà untuk membunuh Satràjit.
Úatadhanwà kemudian melakukan hal itu dan
mencuri permata Syamantaka. Namun setelah mengetahui Balaràma dan Kåûóa akan
membalas dendam, maka ia melarikan diri dari Dwàraka. Akan tetapi ia menitipkan
permata itu pada Akrùra.
Balaràma dan Kåûóa kemudian mengejar Úatadhanwà dan membunuh
penjahat itu. Namun mereka tidak berhasil mendapatkan permata itu. Dan tentu
saja Akrùra yang membawa permata itu segera menyembunyikan permata itu di
tempat yang tersembunyi.
Namun Akrùra dan Kåtawarmà merasa tidak yakin kalau tindakan mereka
tidak akan tercium oleh Kåûóa. Oleh karena itulah, mereka segera meninggalkan
Dwàraka. Dan sepeninggal mereka maka bencana dan wabah penyakit merajalela di
kota Dwàraka.
Dari hal itu, Kåûóa kemudian menyimpulkan bahwa permata itu pasti
berada pada Akrùra. Maka ia kemudian membawa Akrùra kembali ke Dwàraka dan
membujuknya untuk mengakui bahwa merekalah yang telah menyimpan permata itu.
Dan Akrùra tidak bisa mengelak lagi.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar