PARAÚURÀMA
Kerajaan Haihaya dipimpin oleh seorang raja yang bernama Arjuna.
Ia juga diberkati oleh åûi Dattàtreya dengan memiliki seribu tangan dan tidak
terkalahkan dalam perang.
Arjuna pergi untuk melakukan suatu ekspedisi pemburuan dan ia
tiba di pertapaan åûi Jamadagni. Sang åûi memiliki seekor sapi Kàmadhenu yang
sanggup memberikan apapun yang diminta padanya.
Saat itu, sapi ini menyediakan
jamuan yang luar biasa pada Arjuna dan pasukannya. Hal ini membuat Arjuna
tergila-gila untuk memiliki sapi ajaib itu dan ia kemudian memaksa
mengambilnya. Åûi Jamadagni tidak sanggup menahan mereka.
Saat itu, Paraúuràma sedang tidak ada di tempat itu. Dan setelah
kembali, ia mengetahui perlakuan raja Arjuna yang sewenang-wenang itu. Di sana
ia membunuh semua tentara Arjuna. Kemudian Arjuna sendiri yang turun ke medan
perang.
Karena memiliki seribu tangan maka dalam sekali panah, ia bisa
mengeluarkan lima ratus anak panah. Namun Paraúuràma berhasil menghancurkan
semua anak panah itu, hingga akhirnya ia berhasil membunuh raja Arjuna. Melihat
kematian ayahnya, sepuluh ribu putra Arjuna pergi melarikan diri.
Paraúuràma kemudian kembali dengan membawa sapi ajaib milik
ayahnya yang telah dirampas. Akan tetapi åûi Jamadagni sama sekali tidak senang
atas tindakan anaknya.
“Nak, kau telah melakukan kejahatan. Seharusnya kau
tidak membunuh seorang raja, karena itu adalah dosa besar. Untuk menebus
kesalahan ini, pergilah melakukan tapa brata dan kunjungi semua tempat suci.”
kata ayahnya.
Paraúuràma kemudian mengikuti nasehat ayahnya itu.
Pada suatu saat, istri åûi Jamadagni, Reóukà, melakukan sebuah
kesalahan yang mungkin tak termaafkan olehnya. Maka Jamadagni kemudian menyuruh
anak-anaknya untuk membunuh Reóukà. Namun satu-satunya yang mau melakukan hal
itu hanyalah Paraúuràma. Ia telah membunuh ibu dan saudara-saudaranya yang
tidak mau mengikuti perintah ayahnya.
Hal ini membuat Jamadagni sangat senang
atas kepatuhan anaknya ini. Maka ia memutuskan untuk memberikan sebuah anugrah
kepadanya. Dan Paraúuràma meminta agar ibu dan saudara-saudaranya dihidupkan
kembali. Permintaan itupun dikabulkan.
Saat Paraúuràma pergi melakukan tapa, sepuluh ribu anak dari
raja Arjuna datang dan menyerang pertapaan ayahnya dan mereka membunuh
Jamadagni. Mengetahui hal itu, Paraúuràma menjadi sangat marah dan bersumpah
untuk membunuh para kûatriya yang sewenang-wenang.
Maka demikianlah, ia
membunuh duapuluh satu kûatriya yang sewenang-wenang dengan kapaknya (Paraúu).
Di dekat medan Kurukûetra ada sembilan telaga yang merupakan darah dari para
kûatriya yang dibunuh olehnya.
Setelah peristiwa itu, Paraúuràma kemudian meninggalkan segala
sifat kekerasan dan mulai tinggal di pegunungan Mahendra. Paraúuràma juga
diyakini sebagai salah satu dari inkarnasi Wiûóu.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar