Lanjutan
Úiva Puràóa yang lalu…
Úiva Puràóa 1 - lanjutan
BAB
II
(Pembebasan Devaràja)
Úaunaka
berkata :
- Åûi
Sùta, Anda adalah yang paling terberkati, dan paling beruntung karena telah
mendapatkan pengetahuan yang tertinggi. Anda telah dengan murah hati
menceritakan kepada kami tentang kisah ilahi ini.
- Kisah ilahi yang
menghancurkan tumpukan dosa, yang menyucikan pikiran, dan menyenangkan dewa
Úiva telah kami dengar.
- Terimakasih atas kemurahan hati Anda karena kami
telah memahami sesuatu yang sangat agung, dan indah dalam Kisah ini.
- Siapakah
diantara para pendosa yang telah disucikan oleh kisah (isi) dari kitab ini?
Mohon beritahukanlah kami, dan buatlah dunia bahagia atas jawaban Anda.
Sùta menjawab : - Manusia
yang pada kesehariannya selalu melakukan dosa, orang yang jahat dalam setiap
tindakannya, telah menjadi orang suci oleh ajaran kitab puràóa ini.
- Melakukan
hal ini adalah sebuah Jñànayajña yang agung, Melakukan ini akan menghasilkan
pencapaian pembebasan, dan menghancurkan segala dosa serta menyenangkan dewa
Úiva.
- Manusia yang diliputi oleh ketidaktahuan, yang tidak memiliki sifat
jujur, mereka yang menghina, dan mencela orang tuanya sendiri, serta mereka
yang biasa melakukan perbuatan jahat akan tersucikan oleh perbuatan membaca,
dan memahami isi kitab suci ini.
- Mereka yang tidak pernah melakukan tugas
dari varóa (kastanya), dan àúrama (tingkatan hidup) nya, dan
mereka yang bertemperamen buruk akan tersucikan oleh Jñànayajña ini.
- Mereka
yang biasa menipu, dan bersikap kasar mereka yang dipenuhi oleh maksud-maksud
jahat akan tersucikan, meskipun pada jaman Kali ini dengan melakukan
Jñànayajña ini.
- Mereka yang mencuri harta para Brahmin, akan sadar dengan
sendirinya, mereka yang terlibat dalam perselingkuhan akan tersucikan, dan
memiliki kesadaran jika melakukan Jñànayajña ini.
- Mereka yang senantiasa
terlibat dalam perbuatan hina, mereka yang selalu berpikiran jahat akan
tersucikan jika melakukan Jñànayajña ini, meskipun sekarang adalah jaman Kaliyuga.
- Manusia yang memiliki kebiasaan yang buruk, dan pikiran jahat mereka yang tidak
pernah bisa merasakan kedamaian, mereka yang memanfaatkan kuil untuk tujuan
yang tidak baik akan tersucikan dengan melakukan Jñànayajña ini.
- Pahala yang
didapatkan dari membacadan memahami isi dari kitab ini sanggup menghancurkan
segala dosa, memberikan kenikmatan hidup, pembebasan, dan menyenangkan dewa
Úiva.
- Dalam hubungannya dengan pernyataan itu, sebuah anekdot diceritakan sebagai sebuah contoh, dan
meskipun hanya dengan mendengarkannya maka orang itu akan terhapuskan
dosa-dosanya.
- Di sebuah kota yang dinamakan Kiràta hiduplah seorang Bràhmaóa
miskin yang sangat miskin dalam pengetahuan yang seharusnya dimiliki oleh
seorang Bràhmaóa. Ia biasa menjual minuman keras yang bertentangan dengan
sikap, dan perbuatan seorang bràhmaóa yang sejati.
- Ia tidak pernah melakukan
Sandhyà pùjà ataupun disiplin spiritual lainnya. Perbuatannya persis
seperti tugas seorang Vaiúya. Ia bahkan tidak segan-segan untuk menipu orang
demi keuntungan materi. Namanya adalah Devaràja.
- Baik dengan cara membunuh
ataupun dengan menggunakan cara lain untuk menipu ia senantiasa merampas milik
para Bràhmaóa, Kûatriya, Vaiúya, Úùdra, dan yang lainnya.
- Dengan cara
jahatnya itu akhirnya ia bisa mengumpulkan banyak kekayaan. Akan tetapi sebagai
orang jahat maka tidak satupun kekayaannya itu digunakannya untuk perbuatan
yang baik.
- Pada suatu hari Devaràja pergi ke sebuah sungai untuk melakukan
permandian. Disana ia melihat seorang wanita nakal yang sangat menggoda
pandangannya.
- Wanita nakal itu, yang tahu bahwa seorang Bràhmaóa kaya datang
padanya merasa sangat senang, dan bersedia menjadi budak sang brahmin. Sang
Brahmin yang tidak lain adalah Devaràja menjadi amat senang mendengar cara
wanita itu berbicara padanya, dan ini membuat-Nya jatuh cinta pada wanita itu.
- Maka ia kemudian memutuskan untuk menikahi wanita itu, sementara sang wanita
juga tidak menolak jika dilamar oleh Devaràja. Perjalanan cinta mereka
berlangsung cukup lama.
- Duduk santai, membohong, minum-minuman keras, mereka
sama sekali tidak ada bedanya dengan pasangan-pasangan yang lainnya.
- Meskipun
telah dibujuk untuk kembali ke jalan yang benar, baik oleh ibu, ayah, maupun
oleh istri pertamanya, namun ia tidak pernah mau bertobat, dan malahan terus
melakukan perbuatan yang tercela.
- Pada suatu hari, karena suatu hal, ia
hendak membunuh ibu, ayah, dan istrinya sendiri, ketika mereka sedang tertidur,
dan mengambil kekayaan mereka.
- Karena tergoda oleh kata-kata wanita di
sungai itu, maka ia menyerahkan semua kekayaannya pada wanita itu beserta kekayaan
yang dirampasnya dari ibu, ayah, dan istri pertamanya.
- Dengan ditemani oleh
wanita nakal itu ia selalu memakan semua jenis makanan yang dilarang, menjadi
pecadu anggur, minuman beralkohol, dan memakan makanan yang terletak pada satu
piring dengan Gundiknya itu.
- Pada suatu hari, secara kebetulan ia datang ke
sebuah kota yang bernama Pratiûþhàna [Pratiûþhàna : Ada dua sumber dari dua
kota yang berlainan nama : (i) sebuah kota yang terletak antara pertemuan dua
sungai suci, Gaògà, dan Yamunà, (ii) sebuah kota yang terletak di pinggir
Godàvarì, dan merupakn ibu kota Sàlivahana], disana ia melihat sebuah kuil Úiva
dimana di dalamnya berkumpul para pemuja Úiva yang taat.
- Selama tinggal
disana, Ia terkena sebuah penyakit demam tinggi, dan disamping itu ia juga
mendengar cerita tentang dewa Úiva.
- Pada akhir bulan sang Bràhmaóa,
Devaràja, itu meninggal oleh derita demamnya yang tinggi. Ia kemudian dijemput
oleh para pelayan Yama, dan dibawa ke alam Yama untuk mendapatkan hukuman.
- Sementara
itu pada saat yang sama para pelayan Úiva dengan berpakaian serba putih,
berlumuran abu, memakai tasbih Rudràkûa, serta senjata Triúùla dengan murka
datang ke Alam Yama.
- Mereka mengancam para pelayan Yama (dewa kematian),
dan mendesak mereka.
- Setelah membebaskan Devaràja maka para pelayan Úiva
itu menempatkan Devaràja pada sebuah kereta yang mewah.
- Ketika mereka akan
menuju ke gunung Kailàsa sebuah gemuruh besar terjadi setelah mereka mendengar
Dharmaràja (Yama) keluar dari istananya.
- Melihat para Utusan yang berpakaian
layaknya dewa Rudra, maka Dharmaràja yang merupakan simbol sopan satun memberi
hormt pada mereka.
- Melalui penglihatan kebijaksanaannya Yama mengetahui
semua nya. Maka tanpa banyak tanya lagi Yama membiarkan para pelayan itu
membawa Devaràja.
- Setelah mendapat penghormatan dari dewa Yama maka mereka
kemudian kembali ke Kailàsa, dan menyerahkan sang brahmin pada dewa Úiva, yang
merupakan samudra welas asih, dan pasangan beliau yaitu Pàrvatì.
- Sungguh terberkati
cerita yang terdapat dalam Úiva puràóa ini, cerita yang paling suci
diantara yang suci, yang hanya dengan mendengarkan saja orang akan terhapus
dosanya yang paling besar sekalipun, untuk bisa mencapai pembebasan.
- Singgasana
dewa Úiva yang agung adalah tempat yang tertinggi, yang oleh para sarjana Veda,
ditempatkan sebagai alam yang tertinggi dari semua alam lainnya.
- Devaràja
yang adalah brahmin yang jahat, yang kecanduan alkohol, tergoda oleh wanita
nakal, pembunuh ibu, ayah, dan istrinya sendiri, yang karena uang, dan harta.
- Devaràja tega membunuh banyak brahmin, kûatriya, vaiúya, dan banyak orang lainnya, secara mendadak bisa mencapai alam yang tertinggi hanya karena menjelang kematian ia mendengar kisah Úiva puràóa.
BAB III
(Terbebasnya Cañculà dari ilusi, dan keterikatan)
Úaunaka berkata :- Tuan
Sùta yang amat cerdas, Anda sungguh terberkati, dan maha tahu. Atas kemurahan
hati Anda hamba selalu mendapatkan penjelasan tentang banyak hal
berulang-ulang.
- Pikiran
hamba sangat gembira setelah mendengar cerita pendek yang menarik itu. Mohon
ceritakanlah kisah lain yang akan mengembangkan bhakti kita pada Úiva yang
tertinggi.
- Tidak
seorangpun didunia ini yang setelah meminum nektar akan mendapatkan pembebasan,
akan tetapi lain halnya dengan kisah Úiva puràóa ini. Jika nektar ini
diminum maka orang itu sudah pasti akan mendapatkan pembebasan.
- Sungguh
Anda adalah yang terberkati. Sungguh terberkatilah cerita Úiva yang membuat
seseorang akan mencapai kerajaan Úiva.
Sùta kemudian berkata : - O
Úaunaka, saya akan menceritakannya padamu meskipun hal ini adalah amat rahasia,
karena Anda adalah yang terutama diantara para sarjana Veda, dan adalah
pembimbing para pemuja Úiva.
- Tersebutlah sebuah desa yang bernama ‘Bàûkala’ [Bàûkala
gràma-Cf SK III. iii. 32. 50. Tidak mungkin untuk mengidentifikasikan, dan
memberikan keterangan tentang tempat untuk desa ini] dimana mereka yang menghina,
dan mencela Veda bermukim.
- Mereka adalah kelompok orang jahat yang
suka menghalalkan segala cara untuk mencari penghidupan, mereka Atheis, suka
berkelahi, dan melakukan perbuatan hina.
- Mereka tidak mengetahui apapun
tentang pengetahuan yang sejati, ketidakterikatan ataupun kebajikan. Mereka
bermental brutal, dan senantiasa senang mendengarkan gosip jahat serta
fitnah-menfitnah.
- Orang-orang itu tidak memperdulikan kasta serta tidak
melakukan kewajiban mereka. Karena selalu tenggelam dalam kenikmatan duniawi
maka mereka selalu melakukan perbuatan dosa.
- Para wanitanya bertubuh
bungkuk, buruk rupa, serta jahat dalam setiap prilaku mereka. Mereka
bertemperamen jahat, kehilangan moralitas, dan hampa terhadap perbuatan baik
atau ciri kewanitaan yang pada umumnya.
- Di desa Bàûkala ini, dimana semua
orang rata-rata memiliki temperamen, dan perbuatan jahat, terdapatlah seorang
bràhmaóa jahat yang bernama ‘Binduga’.
- Ia adalah bràhmaóa jahat yang
senantiasa mengikuti jalan sesat. Meskipun ia memiliki seorang wanita cantik
namun ia masih saja mencari pelacur. Kasih sayangnya pada istrinya sama sekali
telah sirna.
- Ia melupakan istrinya yang setia yang bernama Cañculà itu, dan
tenggelam dalam kenikmatan bersama para pelacur.
- Bertahun-tahun berlalu
tanpa ada jeda dari perbuatan hinanya itu. Karena takut menodai kesetiaanya
pada suaminya, Cañculà menahan rasa asamaranya tanpa ada yang mengisi
hari-harinya.
- Akan tetapi setelah gairah remajanya mulai naik, dan tidak
tertahankan lagi, maka ia memutuskan untuk tidak lagi melekat pada suaminya,
dan menghentikan semua perbuatan baik yang telah ia jalani selama ini.
- Tanpa
sepengetahuan suaminya ia mulai mengadakan hubungan zinah dengan seorang
laki-laki lain, dan setelah tenggelam dalam perbuatan hina itu maka iapun tidak
terkendali lagi.
- Tuan åûi, pada suatu hari akhirnya sang suaminya mengetahui
istrinya sedang melakukan perbuatan hina bersama seorang laki-laki lain.
- Melihat
kelakuan istrinya itu maka dengan marah ia mendekati kedua pasangan selingkuh
itu.
- Ketika lelaki yang diajak berselingkuh oleh Cañculà itu mengetahui bawa
sang suami akan datang maka ia dengan cepat melarikan diri dari tempat itu.
- Binduga
yang jahat segera menangkap istrinya, dan sembari melempar-kan kata-kata kotor
ia mulai memukuli Cañculà berulang-ulang.
- Cañculà yang telah berubah jahat
oleh perlakuan suaminya itu mulai marah, dan bersiap untuk mengatakan sesuatu
pada suaminya yang jahat itu.
Cañculà berkata : - Sungguh manusia bodoh kau ini, kau sendiri telah menjalin hubungan gelap dengan
para pelacur siang, dan malam. Sementara itu kau mengenyampingkan aku sebagai
istrimu yang setia, dan siap untuk mempersembahkan masa mudaku untukmu.
- Aku
istrimu yang masih muda, dan kau buat teragitasi mental karena tidak pernah kau
sentuh. Katakanlah jalan lain mana yang bisa aku tempuh jika aku diperlakukan
seperti itu, oleh suamiku sendiri.
- Aku sangat cantik, dan memiliki jiwa, dan
gairah muda, lalu karena tidak mendapatkan kepuasan sebagi seorang wanita
darimu, aku menjadi amat sedih. Bagaimana aku bisa menahan semua itu?
Sùta berkata : - Brahmin yang jahat yang bernama Binduga itu, ketika mendapat kata-kata seperti
itu dari istrinya, tanpa teringat akan kesalahannya kemudian berkata.
Binduga berkata : - Memang benar kau menderita tekanan batin. Sekarang dengarkanlah ceritaku, aku
akan menyampaikan sesuatu yang mungkin akan berguna untukmu. Kau tidak perlu
khawatir.
- Kau boleh saja melakukan hubungan gelap dengan siapa saja yang kau
suka. Kau tidak perlu takut untuk melakukan hal itu. Dapatkanlah sebanyak
mungkin uang dari mereka, dan berikanlah mereka kepuasan.
- Setelah itu kau
harus menyerahkan semua uang itu kepadaku. Kau tahu kalau aku senang bermain
wanita. Maka dengan begitu kita menjadi impas.
Sùta berkata : - Istrinya, Cañculà yang mendengar perkataan suaminya itu menjadi amat senang,
dan segera menyetujui apa yang dikatakan oleh suaminya itu.
- Maka setelah
terjadi kontrak perbuatan jahat antara kedua orang yang tiada lain adalah suami
istri itu, maka mereka berdua tidak canggung lagi untuk melakukan berbagai
perbuatan hina.
- Cukup lama waktu yang telah dihabiskan oleh pasangan ini
dalam melakukan berbagai perbuatan hina mereka.
- Setelah beberapa waktu
Binduga yang jahat, dan seorang wanita Úùdra yang menjadi gundiknya, mati, dan
dinyatakan masuk neraka.
- Orang jahat ini terpaksa, meringkuk dalam waktu
yang cukup lama di neraka karena perbuatan jahatnya selama di bumi. Ia menjadi
seorang hantu di pegunungan Vindhya, dan melanjutkan perbuatan jahatnya.
- Sementara
itu setelah kematian suaminya yang jahat, maka ia mulai tinggal bersama
anak-anaknya.
- Wanita ini terus melanjutkan perbuatan hinanya, hingga pada suatu
masa ia kehilangan daya tarik, dan giarah mudanya.
- Karena kehendak yang
diatas, pada hari yang dianggap bertuah ia kebetulan pergi ke kuil Gokaróa [Gokaróa:
“telinga” sapi. Ini adalah sebuah tempat untuk tirtha yatra untuk memuja Úiva,
yang terletak di pesisir Barat, dekat Bangalore. Disana terletak kuil Mahàdeva
yang dipercaya telah dibangun oleh Ràvaóa] dengan ditemani oleh para
kerabatnya.
- Sebagaimana biasa jika seseorang pergi ke kuil maka mereka
melakukan permandian suci di sebuah telaga suci seperti tradisi mereka.
- Di
dalam kuil, seorang sarjana Veda sedang menceritakan keagungan Úiva puràóa,
dan beberapa diantaranya kebetulan didengar oleh Cañculà.
- Bagian yang
kebetulan didengar oleh wanita ini adalah bagian yang menceritakan tentang
pelayan Yama yang akan memasukkan besi yang membara pada vagina orang yang
melakukan perbuatan zinah. Cerita ini sengaja dibuat dalam puràóa ini untuk
menumbuhkan ketidakterikatan pada hal itu, namun hal ini membuat Cañculà
menjadi gemetaran amat ketakutan.
- Satu bagian dengan úloka 39.
- Pada akhir ceramah itu,
dimana orang-orang mulai meninggalkan kuil itu, Cañculà memberanikan diri untuk
bertanya pada brahmin yang adalah sarjana Veda itu.
Cañculà berkata : - Tuan yang terhormat, mohon maafkanlah perbuatan hamba yang mungkin agak lancang
bertanya pada Anda. Mungkin dengan mendengar cerita hamba, Anda akan berbelas
kasihan pada hamba, dan mengangkat hamba dari lembah derita ini.
- Tuan,
dengan pikiran yang samasekali gelap, hamba telah melakukan dosa besar. Karena
terbutakan oleh nafsu, hamba telah melakukan perbuatan hina dengan menjadi
seorang pelacur.
- Sekarang ini, setelah mendengar ceramah Anda yang sama
sekali tidak disertai dengan rasa sentimentil, dan penuh ketidak terikatan, hati
hamba menjadi terenyuh hamba sangat takut.
- Ampunilah hamba, seorang pelacur
hina ini, yang terbutakan oleh nafsu, terikat oleh kenikmatan dunia hamba telah
melakukan perbuatan yang terlarang.
- Tanpa sadar dosa besar yang menimbulkan
kesedihan yang amat mendalam, hanya karena kenikmatan sesaat, telah hamba
lakukan sebuah kejahatan besar.
- Namun ironisnya hamba tidak pernah tahu, apa
yang akan menimpa hamba jika hamba melakukan semua itu. Pikiran hamba
senantiasa tertuju pada hal yang jahat. Siapakah yang akan mau bermurah hati
datang untuk menyelamatkan hamba dialam sana nanti?
- Pada saat kematian
bagaimana hamba harus menghadapi para pelayan Yama yang menakutkan itu?
Bagaimana rasanya jika mereka telah membawa hamba pada tiang gantungan?
- Bagaimana
hamba harus menahan rasa sakit, dan derita di neraka itu? Lalu bagaimana hamba
harus menahan penderitaan khusus yang diberikan atas perbuatan hamba di dunia
ini.
- Hamba menyesal, tuan. Bagaimana hamba bisa melakukan pekerjaan dengan
tenang pada siang hari, bagaimana hamba bisa tertidur pulas pada malam hari
setelah mengetahui semua ini?
- Sungguh hamba memang tidak beres. Hamba merasa
terbakar habis! Hatiku terasa tercabik-cabik! Hamba telah dikutuk melakukan
semua itu! Hamba adalah pendosa besar!
- O nasib malang ! engkaulah yang
mengarahkan semua pikiranku kepada jalan sesat ini! dengan sedikit sentuhan
keras kepal kau telah menenggelamkan aku ke dalam jurang kedukaan! Kau telah
dibuat melenceng dari tugasku yang sebenarnya membawa banyak kebahagiaan.
- Tuan
Bràhmaóa penderitaan hamba ini adalah lebih menyakitkan dari pada mereka yang
mati terjepit atau mereka yang mati dilempar dari atas gunung.
- Dosa hamba
terlalu besar hingga meskipun dengan mandi disungai selama ratusan tahun, atau
melakukan berbagai jenis yajña akan membersihkan dosa-dosa itu.
- Apa yang
harus hamba lakukan? Kemana hamba harus pergi? Kepada siapa hamba harus
mengadu? Hamba telah jatuh ke alam yang sesat. Siapa yang akan bermurah hati
mengangkat hamba kembali kejalan yang benar?
- Tuan yang berhati mulia, Anda
adalah pembimbing hamba. Anda aku anggap sebagai ibuku. Anda juga adalah ibuku.
Hamba berlindung pada Anda. Hamba berada dalam jurang yang dalam, mohon
angkatlah hamba.
Sùta kemudian berkata :
Brahmin yang cerdas itu dengan penuh welas asih kemudian mengangkat Cañculà (yang telah jijik dengan keduniawian), dari jurang kesengsaraan, dan telah bersujud dikaki sang brahmin itu. Sang Brahmin kemudian berkata (sebagai berikut).
Sumber : Siwa Purana 1 & 2
Penerbit : Paramita Surabaya
Tidak ada komentar:
Posting Komentar